Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klakson "Telolet" Bukan Salah Siapa-siapa

Kompas.com - 21/12/2016, 18:23 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif — Awalnya, kebiasaan meminta sopir membunyikan klakson telolet cuma dilakukan penggemar bus-bus di daerah, tetapi kini semakin meluas. Tren klakson telolet yang terjadi sekarang bukan hanya karena viral di masyarakat, melainkan juga didorong rasa kebanggaan sopir.

Ketua I DPP Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) DKI Kurnia Lesani Adnan menjelaskan bahwa sudah ada pemberitahuan ke pihak internal agar sopir jangan meladeni permintaan membunyikan klakson telolet. Alasannya, situasi itu bisa membahayakan buat sopir plus penumpang dan masyarakat sekitar.

“Tidak ada yang bisa disalahkan di tren ini. Kami di pengusaha otobus juga sudah menyarankan agar tidak diladeni. Tapi ya kalau sudah di lapangan tidak bisa dikontrol, itu (klakson telolet) ada kebanggaan juga buat pengemudi,” kata Kurnia yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia via telepon, Rabu (21/12/2016).

Menurut Kurnia, tren klakson telolet tidak bisa dibendung karena muncul secara alami. Namun, tren ini tidak akan berlangsung lama. “Nanti akan hilang begitu saja,” ucap Kurnia.

istimewa Klakson Telolet yang dijual di pusat belanja online.
Klakson telolet bukan spesifiksi standar bawaan produsen bus, jadi pemilik bus harus memodifikasinya. Di pasaran, klakson telolet dijual mulai Rp 250.000 hingga sekitar Rp 1 juta. Bukan cuma buat bus, mobil kecil bahkan sepeda motor juga bisa memakainya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau