Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Tanpa Ada Industri, Alih Teknologi itu Bohong!

Kompas.com - 13/06/2016, 07:24 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Teknologi otomotif dunia terus berkembang pesat, dari jamannya mesin dengan karburator hingga sekarang mobil berbahan bakar air (hidrogen), hingga otonomos. Indonesia wajib mengikuti kalau tidak mau ketinggalan.

Pengembangan teknologi otomotif yang kian canggih punya satu tujuan, yaitu menghasilkan kendaraan ramah lingkungan. Hampir semua negara berkomitmen seperti itu, tidak terkecuali Indonesia.

Buat mengikuti perkembangan, alih teknologi ke Indonesia sangat dibutuhkan. Saat ini, standar emisi mobil di Indonesia baru setara Euro II, padahal di dunia mulai beranjak ke Euro VI. Tidak usah jauh-jauh ke Eropa, di Asia Tenggara saja Indonesia masih ketinggalan dari Thailand dan Malaysia yang sudah Euro IV.

Baca juga: Hasil Sidang Isbat: Idul Fitri 2025 Jatuh pada Senin 31 Maret

Pemerintah sebenarnya sudah menerbitkan aturan soal low cost green car (LCGC) yang mendapat keringanan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sejak 2013. Aturan ini dikhususkan buat mobil berbahan bakar fosil. Perlu diakui LCGC tidak sukses menggiring pemakaian bahan bakar ke non-subsidi tapi telah mengundang investasi besar.

Setelah itu, sempat dibicarakan wacana peraturan lanjutan, low carbon emission (LCE) yang mengatur teknologi alternatif bahan bakar seperti gas alam (CNG), etanol, biofuel, hibrida, listrik, hingga hidrogen. Tapi hingga sekarang belum jelas kelanjutannya.

“Sebenarnya isu besar kita itu, road map industri seperti apa. Itu yang mesti digarisbawahi,” kata Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, di Jakarta, Jumat (9/6/2016).

Baca juga: Belajar dari Titiek Puspa, Kenali Penyebab Pecah Pembuluh Darah dan Risikonya

TMMIN adalah salah satu pemain industri besar di dalam negeri. Setiap tahun setidaknya 250.000 unit kendaraan diproduksi di pabrik di Karawang, Jawa Barat, buat memenuhi pasar domestik dan ekspor. Bukan hanya itu, jutaan unit komponen juga rutin dikirim keluar negeri.

Bohong

Warih menjelaskan alih teknologi bisa didapat melalui berbagai cara, salah satunya dari perusahaan join venture. Pilihan itu dirasa paling mungkin sebab butuh waktu sangat lama kalau Indonesia ingin mengembangkannya sendiri.

Menggiring masuk teknologi harus sampai ke tahap industri, sebab tanpa itu tidak ada artinya.

Baca juga: Sandi Butar Butar Terima Surat Pemecatan Saat Masuk Kerja Usai Libur

“Teknologi itu kan perlu pendalaman dari awal merebutnya. Selama industri itu tidak ada di sini bohonglah alih teknologi itu,” tegas Warih.

TMMIN sudah menyiapkan produksi teknologi baru, kata Warih. Hal itu tidak begitu sulit dilakukan sebab Toyota sudah punya teknologinya, hanya perlu memindahkannya saja ke Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau