Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Teguk Bensin RON Tinggi, Ini Akibatnya!

Kompas.com - 27/07/2015, 11:45 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Tidak selamanya teori pemakaian bensin dengan RON tinggi akan berakibat baik terhadap mesin. Justru sebaliknya, saat menggunakan bensin berkualitas di standar spesifikasi mesin, efek yang ditimbulkan malah negatif.

Hal tersebut dijelaskan Tri Yuswidjajanto, Dosen Teknik Mesin ITB, Jumat (24/7/2015), di Jakarta, bahwa ”mesin-mesin pintar” masa kini memang butuh bensin berkualitas. Namun alangkah baiknya tetap melihat buku manual atau penggunaan tipe bahan bakar yang dianjurkan pabrik.

”Mesin sekarang pintar. Performa akan diset timing ignition-nya di titik tertentu berdasar pembakaran yang dihasilkan bahan bakar. Kalau masih belum ngelitik, performanya dimajukan lagi semakin dekat dengan detonasi. Ngelitik dan performa tinggi itu mirip. Ibarat orang pintar dan gila, terlalu pintar bisa jadi gila jatuhnya,” kata Yus.

Artinya, saat bensin RON terlalu besar, dan mesin tidak bisa menerimanya, efek negatif justru akan dirasakan. Misalnya, mesin berasio kompresi 9 dengan rekomendasi RON 88-90, diguyur RON 95 tidak akan maksimal.

”Teman-temannya pakai Pertamax Plus, dia punya duit, tidak mau kalah, beli bensin yang sama. Tapi mobilnya masih manual (belum menggunakan ECU), timing ignition tidak disetel. Justru ’ngempos’, daya hilang. Secara teknis bahan bakar tidak terbakar semua, sisa, jadi boros dan emisi tinggi,” kata Yus.

Penjelasan ini sekaligus menjawab keluhan-keluhan yang sering mengambinghitamkan kualitas bensin. Saat diisi dengan bensin RON tinggi, pemakaian bahan bakar justru semakin boros dan tidak bertenaga. Kuncinya adalah melihat rasio kompresi mesin dan mencarikan bahan bakar yang pas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com