Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rujak Pengantin, Bukan Hanya Santapan Pengantin

Kompas.com - 21/08/2008, 19:40 WIB

Kalau pas jalan-jalan ke Bogor, selain factory outlet di sepanjang jalan Padjajaran, jangan lupa mampir ke jalan Siliwangi. Di jalan ini, terdapat banyak makanan khas Bogor yang bisa dijadikan oleh-oleh buat teman atau pun keluarga.

Sebut saja, ada Asinan Gedong Dalem, Roti Unyil (dulu..sekarang sudah pindah), Es Mangga, Otak-otak, Lumpia Semarang, Es Cincau, Ngo Hiong, Rujak Pengantin dan masih banyak lagi. Kali ini, setelah mencicipi es mangga, saya mencoba Rujak Pengantin di rumah makan Ngo Hiang Khas Bogor.

Selain rujak pengantin, ada juga Pangsit Pengantin. Kenapa ada embel-embel 'pengantin' di menu masakan ini? Konon, pada awalnya, rujak dan pangsit pengantin hanya disajikan pada saat perayaan pernikahan saja. Tidak di hari-hari biasa.

Saya pun memesan rujak pengantin. Sementara teman saya memesan pangsit pengantin. Seporsi rujak berharga Rp.12.000. Sedangkan, pangsit pengantinnya lebih mahal sedikit, Rp.14.000 Well, jangan dibayangkan rujak ini mirip dengan rujak buah.

Namun, rujak pengantin lebih mirip dengan gado-gado. Terdapat perbedaan di racikan sayuran dan bumbunya. Sekilas memang mirip gado-gado. Ada potongan-potongan kentang, selada, kol, tahu dan irisan-irisan timun. Lalu disiram dengan bumbu kacang. Rasa bumbunya manis bercampur asem. Cocok disantap dengan aneka sayuran tadi.

"Bedanya dengan bumbu gado-gado, untuk rujak pengantin ditambah dengan udang kering, jadi lebih gurih rasanya," kata Wawa, pemilik restoran Ngo Hiang. Siang itu, suasana di restoran ibu paruh baya ini cukup ramai.

Selain rujak dan pangsit pengantin, rata-rata pengunjung memilih ngo hiong. Seperti keluarga ibu Astuti. Ia memesan rujak pengantin, sementara kedua anaknya memesan ngo hiong. "Lagi pengin yang segar-segar. Jadi kali ini saya memilih rujak pengantin. Sesudah jalan-jalan di Bogor, kami memang biasa mampir di sini. Banyak makanan yang bisa dibawa pulang ke Jakarta," terangnya.

Menurut Wawa, semua menu di restorannya itu merupakan warisan turun menurun dari orang tuanya. Ia sendiri sudah berjualan makanan khas Bogor di jalan Siliwangi ini sejak tahun 1996. Selain dirinya, dua saudaranya yang lain juga membuka restoran dengan menu yang sama di bagian Bogor lainnya.

Lain ibu Astuti, lain pula keluarga Haryadi. Mereka memesan ngo hiong dan pangsit pengantin. "Saya sudah beberapa kali makan di sini. Anak-anak suka pesen ngo hiong dan juga pangsit pengantin. Sekarang, saya mencoba rujak pengantin. Enak juga rasanya," ujarnya.

Sebenarnya, saya pengin juga memesan Ngo Hiong bikinan ibu Wawa ini. Tetapi perut saya sudah kenyang dengan rujak pengantin dan pangsit pengantin. Jadi lain kali deh ke sini lagi, jalan Siliwangi mencoba kelezatan ngo hiong khas kota hujan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com