Jakarta, KompasOtomotif – Jika saatnya sudah dibutuhkan, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) bisa saja memproduksi model hibrida di dalam negeri. Salah satu model dengan dua mesin rakitan lokal yang dikatakan “tidak sulit dilakukan” adalah Toyota Sienta.
“Bisa. Proses perakitan itu kan sebenarnya sederhana, yang tidak sederhana itu bagaimana menyiapkan rantai pasokan,” kata Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur TMMIN di Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Sienta sudah mulai diproduksi bulan ini di pabrik TMMIN di Karawang, Jawa Barat. Indonesia adalah negara kedua yang mencetak massal Sienta selain Jepang.
Beda seperti Jepang, Sienta di Indonesia ditawarkan dengan mesin 2NR-FE 1.5L dan dua pilihan transmisi, manual 6-percepatan dan continuously variable transmission (CVT). Sementara di negara asalnya, Sienta 2NR-FE cuma dipadangkan dengan CVT, selain itu ada versi hibrida dengan mesin 1NZ-FE.
Mesin hibrida itu dilengkapi teknologi Toyota Hybrid System II yang menggabungkan mesin konvensional dengan VVT-iE (variable valve timing-intelligent by electric motor) dengan motor listrik. Uniknya, di Jepang mesin ini dilengkapi sistem gerak 4WD.
Warih mengingatkan, model yang diproduksi di dalam negeri juga harus mendapatkan suplai komponen dari industri lokal agar efisien. “Percuma saja kalau suku cadangnya impor, ya engga kompetitif. Nanti impornya tinggi, ekspornya rendah ya defisit,” ucap Warih.
Pada teknologi hibrida Sienta, dikatakan Warih komponen yang paling sulit diproduksi lokal adalah baterai. Sienta menggunakan baterai nickel–metal hydride yang bisa diisi ulang. Baterai memang hanya sekian persen dari bagian mobil tapi justru paling krusial, sebut Warih.
“Sedikit, tapi biaya paling mahal,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.