“Kalau lagi ramai per bulan (omzet) bisa Rp 250 juta, kalau sedang Rp 200 juta, dan jika lagi sepi sebulannya Rp 100 juta,” Supri, begitu ia akrab disapa, pemilik bengkel Ketok Magic PH Supri yang berada di Jalan Raya Kalibata, No.20, Cawang III, Jakarta Timur kepada KompasOtomotif, Jumat (16/10/2015).
Supri menceritakan, sebelum di tempat yang sekarang, ia sudah berkelana di sejumlah wilayah Jakarta. Pertama datang ke Ibu Kota, pria ramah ini membuka bengkelnya di Jatiwaringin, Jakarta Timur, kemudian pindah ke Pos Pengumben, Jakarta Utara, dan terakhir di Kalibata, Jakarta Selatan.
Pelanggan Ketok Magic PH Supri ini tergolong banyak, buktinya setiap hari selalu ada mobil yang diperbaiki dari penyok kecil sampai yang terparah bodi ringsek. Harganya pun dipatok mulai Rp 500.000 hingga puluhan juta atau tergantung tingkat kerusakannya.
“Kami dalam mengerjakan mobil tidak ingin sembarangan. Semuanya harus terlihat seperti aslinya. Meskipun dikerjakan lebih lama, tapi hasilnya maksimal karena kami tidak ingin citra bengkel kami jelek di mata konsumen,” katanya.
Belajar dari Nol
Ketok Magic itu, menurut Supri bukan sesuatu hal yang berbau mistis tapi lebih kepada keahlian dan keterampilan serta keuletan seseorang memperbaiki bodi mobil penyok sampai normal. Ia menceritakan, keahliannya ini didapat benar-benar dari nol. Sebelum hijrah ke Jakarta, ia menjadi anak buah Mbah Tutur.
Mbah Tutur itu sendiri menurutnya adalah pencetus Ketok Magic, atau di Blitar disebut dengan “Kenteng Teter”. Saat itu ia bekerja menjadi kacung dan memperlajari apa yang diajakarkan, sampai akhirnya memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk membuka bengkel sendiri.
“Kalau bicara keahlian tergantung dari masing-masing pribadi, kalau memang tidak ada bakat, selama lima tahun tetap akan menjadi anak buah. Tapi kalau punya skil kurang dari lima tahun saja sudah bisa mandiri,” ujarnya.