Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Kenalan dengan Lampu Xenon atau HID (Bagian 3)

Kompas.com - 09/02/2012, 18:08 WIB

AutoLeveling
Beberapa merek mobil yang sudah menggunakan xenon, dilengkapi dengan pengatur ketinggian otomatis atau (autoleveling). Sistem bekerja, bila ada mobil dari depan (sorotan lampu), maka lampu akan memperpendek sorotannya. Begitu juga saat dibeban muatan berat di belakang atau berada di ketinggian. Faktor itu pula yang menyebabkan lampu xenon makin mahal dan produsen menggunakan pada setiap mobil yang dibuat. Umumya, dikhusus untuk model premium atau harganya yang lebih mahal.   

Bi-Xenon
Bi-xenon merupakan istilah lampu xenon dengan dua fungsi, khusus H4, untuk jarak dekat (standar) dan jauh. Untuk mobil yang dilengkapi dengan autoleveling, pengaturan dilakukan secara otomatis oleh mekanis yang berada di luar unit lampu, untuk mengubah arah atau jarak tembak (sorotan). Masalahnya, autoleveling sendiri mahal karena harus dilakukan dengan sistem kontrol lainnya.
 
Untuk menghindari penggunaan autoleveling namun tetap bisa sebagai lampu depan H4, produsen punya dua metode. Pertama, menggabungkan lampu xenon (untuk jarak dekat atau Lo) dengan lampu halogen (jarak jauh atau sinyal untuk mendahului, dim). Disebut juga xenon H4Lo. Sedangkan versi kedua atau terbaru, cukup menggunakan satu lampu saja, disebut teleskopik, H4 Lo/Hi.

Kombinasi
 
Penggabungan dua jenis ampu, khusus halogen untuk dim dan jarak jauh karena mudah dihidupkan. Bandingkan dengan xenon, dari dingin 50 detik atau 5 detik bila sudah panas. Kombinasi ini cukup membantu bila xenon yang digunakan warna putih atau derajak Kelvinnya tinggi. Misalnya 6.000 ke atas. Pada saat hujan atau berkabut, xenon 6.000 Kelvin memantulkan cahaya atau tidak tembus. Sedangkan lampu halogen dengan sinyar yang aka kekuningan, bisa menerobos kabut atau hujan.

Teleskopik

Versi terbaru, hanya menggunakan satu bohlan xenon saja atau xenon Lo/Hi. Agar bisa berfungsi untuk lampu jauh dan dekat (dim), teknik yang dilakukan, bohlam dibuat bisa bergerak maju-mudur di rumah (tempat pemasangan) atau teleskopik.

Untuk ini, di pangkal lampu, dipasang solenoid atau magnet yang membuat kapsul lampu bisa bergerak maju-mundur. Mirip dengan kerja senter pijar. Untuk mendapat fokus cahaya atau sebalikan, tinggal putar kepalanya.
 
Dengan menggerakan bohlam, maka arah sorotan akan berubah. Tepatnya, begitu berfungsi untuk lampu jauh atau dim, kontrol lampu yang mengaktifkan solenoid atau magnet akan bekerja. Sebaliknya, pada kondisi biasa, solenoid juga non-aktif.
 
Masalahnya, karena harus dilengkapi dengan solenoid ini, pangkal lampu jadi lebih panjang dan diameter juga lebih besar. Kondisi ini, agak susah memasangnya, khusus bila bagian belakang lampu dilengkapi karet penutup kedap air. Kalau sudah begini, diperlukan sedikit modifikasi.
 
Kelemahan dari tipe ini, kemampuan solenoid harus bisa bekerja dengan cepat. Produsen dari China biasanya mengklaim solenoid bekerja dalam 0,2 detik. Dalamm hal ini, pegas untuk mendorong lampu kembali ke posisi semula juga harus kuat atau tidak boleh “nyangkut” Biasanya kalau lecet dipengaruhi oleh magnet, pegas tidak bisa memanjang. Penyebab pegas macet, lainnya karena ing melalui jalan tidak rata (guncangan) atau saat mobil direm mendadak. (Habis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com