Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Siap "Goyang" Otomotif Dunia

Kompas.com - 24/01/2012, 07:14 WIB

Mumbai, KompasOtomotif - Indonesia disebut-sebut sebagai negara dengan potensi terbesar pertumbuhan industri dan bisnis otomotif di dunia setelah, China dan India. Kesimpulan ini disampaikan dua lembaga peneliti IHS Automotive dan JPMorgan Chase & Co, yang dilansir Autonews  hari ini (24/1/2012).

Kedua lembaga tersebut menyatakan, potensi pasar Indonesia sangat besar karena faktor jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Juga disebutkan, meski jumlah penduduk besar, perbandingan kepemilikan mobil masih sangat kecil. Selain itu, peningkatan daya beli, urbanisasi dan kebijakan pemerintah mendorong pertumbuhan pasar mobil rendah emisi membuat Indonesia makin "seksi" di mata pemaian industri mobil internasional.

Merek Jepang
"Pasar otomotif Indonesia sebentar lagi meledak. Prinsipal otomotif menengok Indonesia karena pertumbuhannya yang luar biasa besar. Di lain hal, inflasi dan suku bunga stabil," beber Jessada Thongpak, analis senior ka IHS Automotive ASEAN.

Lahan yang subur ini kemudian menarik sejumlah pemain seperti General Motors (GM) sampai ke Tata Motor Limited untuk masuk dan menantang dominasi produsen Jepang yang selama ini menguasai pasar, lebih dari 90 persen yang dipiompin oleh Toyota.

Indonesia, negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, penjualan mobilnya bisa meledak 50 persen dalam lima tahun ke depan, khusus untuk kendaraan jenis minivan dan mobil kompak.

GM sudah memastikan akan kembali mengoperasikan pabriknya di Indonesia setelah "mati suri" enam tahun. GM bahkan menyiapkan kendaraan khusus untuk PM7 (People Mover 7) untuk dirakit di sini mulai tahun depan.

Sementara itu, bos Ford Motor Asia Pacific and Africa, Joe Hinrichs President dan Peter Fleet President Ford ASEAN b baru dalam tahap  mempelajari kemungkinan membangun pabrik di Indonesia.  

Kendati demikian, merek AS masih harus berjuang lebih keras kalau mau mengejar atau bahkan sekedar mendekati Jepang. Berdasarkan data penjualan GAIKINDO, tahun lalu total pasar 894.180 unit, GM cuma menikmati  satu persen.

Tata Motors juga dikabarkan siap masuk Indonesia tahun ini dengan merakit mobil murah Nano. Selain itu, berencana memasok pikap Xenon dari pabriknya di  Smautprakan, Thailand.

Tumbuh
Menurut CLSA Asia-Pasific Markets, pasar mobil di Indonesia masih punya banyak ruang untuk terus tumbuh. Perbandingan  kepemilikan mobil di Indonesia hanya 32 unit per 1.000 penduduk, jauh lebih besar ketimbang Thailand yang sudah 123 dan 300 di Malaysia. Selain itu, ekonomi dan populasi Indonesia lebih besar dari dua negara tersebut. IHS Automotive memprediksi pasar mobil Indonesia akan menyentuh 1,2 juta unit pada 2016.  

Analis dari Nomura Holdings Incorporated menambahkan, Indonesia tengah menuju era motorisasi penuh setelah pendapatan perkapita (GDP) menembus 3.000 dollar AS pada 2010. Aditya Srinath, peneliti JPMorgan di Jakarta (Indonesia) menegaskan, Turki, Malaysia dan Korea Selatan menjadi contoh kongret pertumbuhan pasar mobilnya setelah GDP menyentuh titik itu (3.000 dollar AS).

Merek Nasional

Hanya sayang, dari pertumbuhan yang sangat menarik tersebut, merek mobil nasional tak kunjung muncul. Kalaupun akhir-akhir ini, media ramai membicara mobil nasional, belum menyentuh  ke taraf industri besar. Merek nasional, seperti Esemka masih bertaraf industri rumahan.

“Kami baru dalam taraf industri rumah atau kecil,” jelas Joko Widodo, Wali Kota Solo, yang menghebuskan Esemka menjadi isu nasional  dalam satu perbincangan di Metro TV minggu lalu!


Bandingkan dengan China dan India yang sudah punya beberapa merek sendiri dan juga sudah mendunia! 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com