AUSTRALIA, KOMPAS.com — Pebalap MotoGP Tim Repsol-Honda, Casey Stoner, mengatakan bahwa keberhasilannya menggondol gelar juara dunia 2011 terasa begitu indah. Bagaimana tidak. Dominasinya, memenangkan 10 seri balapan tahun ini sehingga memberinya gelar untuk kali kedua, dibuat manis. Kemudian, kesuksesan itu sekaligus menjawab kritikan Valentino Rossi dan Jerry Burgess, semasa ia membela tim Ducati.
Akhir musim 2010, Stoner (26) merasa tersengat oleh kritikan Rossi yang mengatakan tidak pantas untuk menilai potensi Desmosedici (mesin Ducati) karena Aussie (Stoner) tidak mendorong cukup keras (maksimal). "Sakit hati" Stoner bertambah kala Burgess, orang kepercayaan "The Doctor", julukan Rossi, ikut menyudutkannya dengan menyebutkan bahwa Stoner hanya bertahan 80 detik di depan.
Dalam wawancara dengan MCN, Stoner menegaskan bahwa kritikan Rossi yang mengatakan dirinya tidak maksimal membesut Ducati adalah sesuatu yang wajar. "Lain hal, jika Ducati motor yang bagus di grid, dan saya memiliki ban terbaik dan lainnya," ungkapnya.
"Terus terang, pembicaraan itu terus teringat dan mengganggu saya selama berada di Ducati, sampai akhirnya Valentino menunggangnya. Ia pun memperlihatkan bahwa kemampuannya tak berbeda ketika (Marco) Melandri dan Nicky Hayden berada di atas sadel," papar Stoner.
Stoner melanjutkan, ketika berlaga, Valentino juga tidak lebih cepat darinya. "Saya 100 persen yakin itu. Dia mengeluh soal cedera bahunya pada awal musim ini, tetapi justru ia meraih hasil yang cukup baik dengan kondisi itu," sebutnya.
Malah dalam kondisi fisik agak membaik, Rossi justru mendapat hasil buruk. Tampil dengan GP 11, Rossi tercatat 12 kali mengalami kecelakaan, sedangkan selama bersama Yamaha hanya dua kali pada 2007. Selain itu, musim ini pebalap asal Urbino, Italia, itu sudah menjajal tiga motor balap baru yang radikal, termasuk bereksperimen dengan sasis karbon dan aluminium.
Dengan kegagalan Rossi bersama Ducati tahun ini, wajar bila Stoner tersenyum menikmati kesuksesannya yang tak tertandingi bersama Honda RC212V.