JAKARTA, KOMPAS.com - Media China mulai menyorot masalah organisasi masyarakat (ormas) yang disebut mengganggu pendirian pabrik raksasa otomotif China, BYD, di Subang, Jawa Barat.
Diketahui bahwa impian Indonesia untuk menjadi pusat kekuatan kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara sedang berbenturan dengan musuh lama, yaitu kelompok kriminal terorganisir atau preman.
Baca juga: Sempat Diganggu Ormas, BYD Pastikan Proyek Pabrik Tetap Sesuai Jadwal
"Kelompok penegak hukum bayangan ini, yang sudah lama menjadi momok bagi pedagang kaki lima dan usaha kecil, kini dituduh mengganggu proyek pabrik senilai US$1 miliar milik produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD — sebuah proyek yang dianggap sebagai tonggak penting masa depan ekonomi nasional," tulis artikel South China Morning Post, dikutip pada Rabu (7/5/2025).
Isu ini semakin membesar karena pabrik BYD akan memiliki kapasitas produksi 150.000 unit kendaraan listrik (EV) per tahun, dengan rencana investasi sebesar 1,3 miliar dollar AS atau setara Rp 20,3 triliun.
Head of Marketing, PR & Government BYD Indonesia, Luther Pandjaitan, akhirnya buka suara.
Menurut Luther, anggapan tersebut berlebihan. "Pemberitaan yang beredar adalah berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Pembangunan berjalan kondusif dan lancar," kata Luther kepada Kompas.com, Kamis (7/5/2025).
"Pada 6 Mei lalu, kami menerima kunjungan utusan resmi Dewan Ekonomi Nasional ke lapangan, didampingi perwakilan TNI dan Polri, dan kami melaporkan kondisi aktual yang tidak seperti yang diberitakan," katanya.
Baca juga: BYD Pastikan Sengketa Merek Denza Belum Selesai
Untuk diketahui, pabrik BYD akan berdiri di Kawasan Industri Subang Smartpolitan dengan menempati area lebih dari 108 hektar.
Baca juga: Street Glide Ultra 2025: Motor Touring Mewah Harley-Davidson
Luther mengatakan lokasi pabrik BYD merupakan kawasan industri yang diawasi dan dijaga ketat. "Perlu dipahami bahwa proyek BYD berada di dalam kawasan industri yang sudah dikelola secara profesional dan berpengalaman," kata Luther.
"Kedua, masyarakat Subang juga sangat terbantu dengan proyek strategis ini karena memberikan lapangan pekerjaan baru dan peningkatan ekonomi. Begitu juga dukungan Pemda Jabar, Pemda Subang, dan TNI Polri juga sangat serius mengawal," katanya.
"Di lapangan, saya mendapati istilah 'Subang Pride!' Semua mengawal baik pusat, daerah, maupun lingkungan. Jadi, sangat berbeda jauh dari anggapan yang diberitakan," ungkap Luther.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.