Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Diganggu Ormas, BYD Pastikan Proyek Pabrik Tetap Sesuai Jadwal

Kompas.com - 08/05/2025, 08:12 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek pembangunan pabrik mobil listrik asal China, Build Your Dream (BYD)di Subang, Jawa Barat, dikabarkan sempat mengalami gangguan dari aktivitas premanisme berkedok organisasi masyarakat (ormas).

Informasi ini terungkap setelah Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno mendapat aduan dari markas besar BYD di Shenzen, China, saat kunjungan beberapa waktu lalu.

Menanggapi laporan tersebut, Head of Marketing, PR & Government Relations BYD Indonesia, Luther Panjaitan mengakui bahwa memang sempat terjadi dinamika di lokasi pabrik dimaksud. Namun, ia tidak secara gamblang menyebut keterlibatan ormas.

Baca juga: Gangguan Ormas di Pabrik BYD Subang Jadi Sorotan Media China

Ilustrasi pabrik BYD di Subang.Dealer BYD Ilustrasi pabrik BYD di Subang.

"Pada dasarnya sampai saat ini proses pembangunan pabrik kita berjalan lancar," kata dia ketika ditemui di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

"Tapi ya dinamika di lapangan dan sebetulnya sampai saat ini, kita sudah bisa selesaikan dengan tarif dan kesesuaian dengan standar pengembangan pabrik yang kita sudah lakukan," lanjutnya.

Luther menegaskan bahwa pihaknya kini tengah fokus menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu akhir 2025.

"Jadi tidak terlalu banyak ada masalah saat ini dan sekarang kita fokus pada penyelesaian pabrik tersebut sesuai timeline," ucapnya.

Sebelumnya, Eddy meminta pemerintah untuk turun tangan menindak tegas preman ormas yang ganggu investasi seperti dialami BYD saat melakukan pembangunan pabriknya di Subang, Jawa Barat.

Baca juga: Kecelakaan Bus Terus Berulang, Imbas Berkurangnya Anggaran Keselamatan

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Eddy Soeparno (@eddy_soeparno)

Sebab pada ujungnya akan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah capai 8 persen.

"Saya mendengar bahwa sempat ada permasalahan terkait premanisme, ormas, yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Saya kira itu harus tegas. Pemerintah perlu tegas untuk kemudian menangani permasalahan ini," ujar Eddy dalam unggahan di akun Instagram resminya.

Kabar tersebut pun mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, tidak terkecuali media China, South China Morning Post, yang dikutip pada Rabu (7/5/2025).

Dalam artikelnya ditulis bahwa impian Indonesia menjadi pusat kekuatan kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara sedang berbenturan dengan musuh lama yaitu kelompok kriminal terorganisir atau preman.

"Kelompok penegak hukum bayangan ini, yang sudah lama menjadi momok bagi pedagang kaki lima dan usaha kecil, kini dituduh mengganggu proyek pabrik senilai US$1 miliar milik produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD — sebuah proyek yang dianggap sebagai tonggak penting masa depan ekonomi nasional," tulis artikel itu.

Mirisnya, disebutkan juga bahwa Ian Wilson, dosen senior di Murdoch University Australia dan penulis buku The Politics of Protection Rackets in Post New-Order Indonesia menyampaikan bahwa keterlibatan preman dalam investasi besar tidak mengejutkan.

Ketika sebuah perusahaan besar akan masuk ke suatu daerah (di Indonesia), biasanya mereka akan bertemu dengan tokoh-tokoh lokal dan berurusan dengan mereka,” katanya. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau