Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Jadi Sopir Bus dan Truk di Jepang Terbuka Lebar

Kompas.com - 12/03/2025, 10:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Jepang lagi dilanda krisis ketenagakerjaan akibat berkurangnya jumlah penduduk. Alhasil pemerintahnya melakukan program Tokutei Ginou (TG) atau sistem pekerja keterampilan khusus.

Dengan demikian, status kependudukan dapat diberikan kepada warga negara non-Jepang, yang memiliki keterampilan khusus mengisi bidang-bidang selain pekerjaan sederhana, seperti sopir bus dan truk.

Bowo Kristianto, Director Japan Indonesia Driving School (JIDS) di Karangayar, mengatakan krisis sopir bus dan truk di Jepang membuka peluang kepada warga Indonesia, untuk turut serta menjadi peserta didik atau calon sopir bus dan truk di sana.

Baca juga: PO Bus Ini Langsung Pecat Sopir yang Ugal-ugalan di Jalan


“Menurunnya angka kelahiran di Jepang, membuat generasi penerus menurun, sehingga tenaga kerja sopir banyak berkurang, kami menjadi pelopor penyaluran peserta didik dari Indonesia,” ucap Bowo kepada Kompas.com, Minggu (9/3/2025).

Bowo mengatakan, peluang ini diprediksi akan terus berlanjut karena sampai saat ini pihaknya masih kesulitan memenuhi permintaan sopir untuk diberangkatkan ke Jepang.

“Menjadi sopir bus dan truk di Jepang kriterianya tinggi, sehingga dari sekian banyak peserta yang mendaftarkan diri, hanya sebagian yang bisa lolos,” ucap Bowo.

Baca juga: Bus Gumarang Jaya Tabrakan dengan Tronton di Solok, 3 Orang Terluka

Ilustrasi Toel Bus di JepangKaraksa Media Ilustrasi Toel Bus di Jepang

Bowo mengatakan, setiap warga negara Indonesia bisa berkesempatan menjadi peserta didik, dengan tanpa dipungut biaya, hingga sampai diberangkatkan.

“Perusahaan transportasi dari Jepang rela membiayai kebutuhan hidup peserta didik sampai mahir, sampai memenuhi kriteria kelayakan, ini yang membedakan LPK lain dengan kami,” ucap Bowo,

Bowo mengatakan, pihaknya justru tidak bisa dibayar untuk mempermudah segala urusan keberangkatan ke Jepang, karena terikat dengan ketentuan yang diberikan oleh perusahaan.

“Peserta harus memiliki level bahasa N3 atau menengah minimal, bisa mengemudi, selanjutnya nantinya akan sekolah dan mengikuti pelatihan di Jepang, sampai benar-benar layak,” ucap Bowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau