Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementerian ESDM Sebut Indonesia Bisa Bebas Impor BBM dengan Hidrogen

Kompas.com - 12/02/2025, 15:01 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi menyebut bahwa Indonesia bisa menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) pada masa mendatang.

Hal tersebut apabila sumber alternatif energi pengganti BBM yang kini tengah digencarkan oleh pemerintah bisa terlaksana secara baik. Salah satunya, ialah pemanfaatan energi hidrogen yang diproduksi dari air.

"Hidrogen bisa dilahirkan atau bisa diproduksi di dalam negeri, jadi tak ada impor. Ini bisa diproduksi dari air dengan menggunakan elektrolisa. Nantinya juga di sini akan ada solar cell dengan konversi menggunakan elektrolisa lalu menghasilkan hidrogen," kata Eniya di Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).

Baca juga: Batas Aman Menyalakan AC pada Mobil yang Sedang Parkir

Peresmian Toyota Hydrogen Refueling Station di XCEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).dok.TMMIN Peresmian Toyota Hydrogen Refueling Station di XCEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).

Selain tidak perlu impor, energi ini juga mendukung penurunan emisi karbon (dekarbonisasi). Tujuannya demi percepatan transisi energi di dalam negeri guna mencapai target Net Zero Emission pada 2060.

"Dimanapun kita berada, kita bisa menghasilkan hidrogen dan tentu saja tanpa karbon. Maka penurunan karbonnya akan banyak sekali nanti," kata Eniya.

"Jadi kalau biasanya pakai misalnya BBM ya, BBM pakai fosil langsung diganti dengan ini memang sangat bisa menurunkan emisi yang luar biasa," lanjutnya.

Lebih lanjut Ia menjelaskan, beberapa industri di Indonesia sudah menggunakan hidrogen dalam proses produksinya. Namun jumlah yang digunakan belum banyak, seperti di industri kaca hingga minyak goreng.

"Hidrogen dipakai di banyak tempat, termasuk bikin detergen. Bikin detergen itu pakai hidrogen," kata Eniya.

Baca juga: Sudah Punya Fasilitas Pengisian, Kapan Mobil Hidrogen Populer di Indonesia?

Peresmian Toyota Hydrogen Refueling Station di XCEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).KOMPAS.com/Ruly Kurniawan Peresmian Toyota Hydrogen Refueling Station di XCEV Center, Karawang, Jawa Barat, Selasa (11/2/2025).

"Nah sekarang kita membutuhkan hidrogen bukan hanya dipakai di industri, tetapi bisa menjadi sumber energi. Makanya di rancangan Undang-Undang Energi Baru, Energi Terbarukan kita menyebutkan bahwa energi baru itu tiga, hidrogen, amonia, dan nuklir," tutupnya.

Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak selama 2024 mencapai 12,4 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, 47,78 persen merupakan bahan bakar motor minyak ringan.

Nilai impor pada Desember 2024 sebesar 21,22 miliar dollar AS atau naik sebesar 8,10 persen dari kondisi November 2024. Dari sisi impor migas tercatat sebesar 3,30 miliar dollar AS, naik 28,26 persen secara bulanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau