Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Rem Blong, Pengemudi Truk Harus Kuasai Teknik Pengereman

Kompas.com - 23/01/2025, 11:12 WIB
Selma Aulia,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika melewati turunan, terutama untuk kendaraan besar seperti truk, risiko rem blong menjadi salah satu ancaman terbesar yang dapat menyebabkan kecelakaan fatal.

Maka dari itu, Tire & Rim Consultant dan Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY Bambang Widjanarko mengatakan, sopir harus mengetahui medan dan memahami teknik pengereman yang benar.

“Kenapa sopir sering kendaraanya blong di tanjakan itu biasanya yang belum pengalaman lewat situ, kalau sopir yang sudah pengalaman itu dia akan menggunakan exhaust brake dan di awal sudah siap,” ucap Bambang kepada Kompas.com, Rabu (22/1/2025).

Baca juga: Tips Aman Mengendarai Moge buat Pemula

Bambang mengatakan, ketikan truk bisa nanjak pasti juga bisa turun dengan aman.

“Jadi prinsipnya kalau bisa naik anda harus bisa turun, kalau bisa turun anda harus bisa naik, itu prinsip sopir truk. Jadi kalau bisa naik, kenapa turunya blong itu pasti salah, salahnya karena tidak kenal medan,” ucap Bambang.

Sebuah truk tronton yang mengangkut 20 ton semen, mengalami rem blong, akbatnya menabralk rumah dan warung warga di Suela, Lombok Timur, Rabu (7/8/2024). Seorang warga menjnggal, 6 lainnya luka luka.FITRI RACHMAWATI S.SOS Sebuah truk tronton yang mengangkut 20 ton semen, mengalami rem blong, akbatnya menabralk rumah dan warung warga di Suela, Lombok Timur, Rabu (7/8/2024). Seorang warga menjnggal, 6 lainnya luka luka.

Bambang juga menceritakan, kejadian seperti truk mengalami rem blong di flyover Bumiayu. Pengemudinya mengatakan jika belum hafal medannya.

“Saya pikir turunan gak sampai 100 meter, seperti yang di Wonosobo juga turunannya yang dari Kledung turun ke Wonosobo pasti sopir ngomong tidak siap karena dipikir turunannya cuman beberapa ratus doang ternyata sekilo,” ucap Bambang.

Hal ini pengalaman sopir menjadi sangat diandalkan, pasalnya ketika melewati turunan kendaraan besar akan rawan mengalami rem blong jika pengereman tidak dilakukan dengan benar.

“Pengalaman sopir penting, muatan berapapun beratnya yang dibawa truk itu kalau bisa nanjak ke gunung, turunnya juga pasti bisa,” ucap Bambang.

Bambang mengatakan, prinsip pertama mengemudi truk adalah jika truk bisa nanjak maka turunnya juga harus bisa. Jika truk bisa turun sedemikian curamnya, nanjaknya lagi ke arah semula juga harus bisa.

“Prinsip kedua, untuk turunan panjang jangan gunakan service brake karena itu hanya temporary, satu kali dua kali tidak apa-apa, tapi kalau terus-menerus diinjak rem akan tekor, angin akan tekor, sehingga kehabisan angin, dan jika anginnya tekor maka akan blong,” ucap Bambang.

Baca juga: Bahaya Biarkan Batu Kerikil Bersarang di Alur Ban

Bimtek engine brake dari BPTJ untuk sopir trukBPTJ Bimtek engine brake dari BPTJ untuk sopir truk

Bambang mengatakan, sopir yang pintar itu akan menggunakan exhaust brake dari atas puncak tanjakan sampai pol turunan, tapi exhaust brake hanya bisa digunakan saat RPM rendah.

“Jadi putaran mesinnya rendah baru bisa dieksekusi masukkan exhaust brake, kalau sudah tinggi bisa masuk. Jadi ketika berada di puncak itu pakai exhaust brake sampai turun, jangan sampai turun sampai menahan gitu sampai bunyi gasnya keras sekali, dan RPMnya tinggi,” ucap Bambang.

Jika sopir truk tidak tahu turunannya atau meremehkan dari atas dia pakai persneling gigi 3 dan akan masukkan ke gigi 1.

“Nah itu tidak akan masuk, karena truk sudah larinya kencang itu persneling di oper ke gigi yang rendah tidak akan masuk, synchromeshnya berbeda dengan mobil pribadi. Synchromesh tidak akan bekerja ketika sudah blong, jadi mau ditendang persenelingnya juga tidak akan masuk,” ucap Bambang.

Jadi, sopir harus sabar, dari atas oper ke gigi satu pelan-pelan dan gunakan exhaust brake, jadi kaki tidak bekerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau