Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Gaikindo: Jangan Anggap Mobil Hybrid Berdosa

Kompas.com - 23/01/2025, 08:02 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak mobil hybrid baru yang belakangan ini meluncur di Indonesia.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga mengatakan bahwa pemerintah harus memperhatikan mobil hybrid, jangan hanya mobil listrik.

Baca juga: Mazda CX-80 PHEV Resmi Dijual, Harga Rp 1,1 Miliar

Pemerintah memberikan banyak sekali insentif untuk mobil listrik.

Mazda CX-80 resmi meluncurKompas.com/Donny Mazda CX-80 resmi meluncur

Sementara itu, mobil hybrid yang lebih dulu populer baru mendapatkan insentif belum lama ini dan jumlahnya tidak sebanding dengan mobil listrik.

Belum lama ini, Jaecoo memperkenalkan J7 dengan teknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).

Baca juga: Jaecoo Langsung Pamerkan J7 dengan Teknologi Super Hybrid System

Kemudian, diikuti oleh Mazda yang meluncurkan CX-80.

Hyundai Santa Fe hybridKompas.com/Nanda Hyundai Santa Fe hybrid

Hyundai juga sudah memasarkan Santa Fe Hybrid dan Tucson Hybrid. "Hybrid atau plug-in hybrid kita anggap sama, ya. Kita dari dahulu sudah bilang itu harus ikut diperhatikan, karena mobil hybrid itu memenuhi lima kriteria," ujar Jongkie, saat ditemui di Jakarta, belum lama ini.

"Indonesia melalui Perpres 55, 29, dan seterusnya mengatakan percepatan penggunaan kendaraan berbasis listrik. Tujuannya kan dua, pertama penghematan pemakaian BBM karena subsidinya saja bisa Rp 500 triliun," kata Jongkie.

Test drive New Tucson HybridKompas.com/Nanda Test drive New Tucson Hybrid

Menurutnya, wajar jika masyarakat mau mengurangi penggunaan BBM.

Selain itu, Indonesia juga sudah ikut Paris Agreement untuk menurunkan emisi gas buang.

Jongkie mengatakan, dua hal tersebut yang menjadi pemicu percepatan mobil listrik.

"Kalau mobil hybrid itu ada lima kriteria. Pertama, jelas hemat bahan bakar sampai 20-30 persen. Kedua, rendah polusi karena mesin bensin lebih jarang hidup. Ketiga, ini penting, tidak memerlukan charging station," ujar Jongkie.

Baca juga: Geely Resmi Masuk Indonesia, Lansir Mobil Listrik EX5

"Pemerintah masih terus membangun charging station, yang swasta belum investasi SPKLU. Keempat, ongkos produksi tidak semahal BEV atau mobil listrik, karena baterainya lebih kecil. Beda sama mobil listrik dari ujung depan sampai ujung belakang di bawah (baterainya)," kata Jongkie.

"Terakhir, ini yang paling penting, mobil hybrid itu masih ada knalpot. Kalau BEV kan tidak ada, coba lihat berita di Thailand yang sangat mendukung BEV, jadi yang ICE tidak laku. Jadinya, kan ini berdampak ke industri lain, yang produksi knalpot tutup," ujarnya.

Jongkie menambahkan, dengan lima kriteria tadi akhirnya pemerintah memutuskan memberikan insentif (PPnBM DTP) 3 persen.

Dia pun berharap dengan adanya insentif ini, harga mobil hybrid semakin terjangkau, sehingga penjualannya ikut naik.

Baca juga: Spesifikasi Lengkap SUV Hybrid Mazda CX-80

Test drive Toyota Prius PHEVKOMPAS.com/Adityo Test drive Toyota Prius PHEV

"Sekarang penjualan hybrid sudah di atas BEV, iya kan. Adanya insentif ini lebih kencang lagi penjualannya, pemerintah juga tertolong penghematan BBM dan polusi rendah. Industri berjalan, biarkan saja bersaing dengan BEV," ujar Jongkie.

"BEV sekarang kan masih lebih mahal dibanding hybrid. Jadi orang itu banyak pilihan, kalau sanggupnya hybrid atau BEV, ya silakan. Kita juga sudah bilang ke pemerintah, pemberian insentif hybrid tidak perlu sama dengan BEV," kata Jongkie.

"Tetapi tetap berikan insentif. Kalau bisa Pemda atau yang lainnya bikin pelat nomor mobil hybrid biru, salah di mana gitu. Mobil hybrid ini dosanya di mana memang? Kan (juga) bantu hemat bahan bakar dan turunkan polusi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau