Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motor dan Mobil Sering Berkelahi di Jalan, Tanda Kurang Empati

Kompas.com - 11/12/2024, 11:22 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pengendara sepeda motor menjadi korban penganiayaan oleh pengemudi mobil di Tanah Baru, Beji, Depok, pada Senin (9/12/2024) malam.

Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 19.00 WIB, ketika IPB (32), pengendara motor, terlibat perselisihan dengan pengemudi mobil yang berujung pada pemukulan.

Baca juga: Mau Ikut Kompetisi Drift, Cari Mobil dengan Rangka Utuh

Kejadian bermula ketika IPB berusaha menyalip mobil pelaku dari sisi kiri sambil membunyikan klakson. Pengemudi mobil yang tidak terima kemudian mengejar IPB dan melakukan penganiayaan.

Ilustrasi mengemudi.kompas.com Ilustrasi mengemudi.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, kejadian seperti itu sering terjadi dan akan terus berulang jika tidak ada langkah yang tepat dari semua pihak terkait.

Jusri menilai insiden tersebut mencerminkan lemahnya edukasi tentang pentingnya tertib berlalu lintas dan lemahnya penegakan hukum di Indonesia.

"Ini hal sudah sering terjadi dan akan terus terjadi jika edukasi dan penegakan hukum tidak jalan. Sebab sulit kalau kita punya komitmen tertib berlalu-lintas tapi saat berkendara orang lain tidak melakukannya," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (11/12/2024).

Baca juga: Modal Teknisi AHM Bersaing Adu Keterampilan di AOC 2024

Dari sisi pengendara motor, menyalip dari sisi kiri merupakan tindakan yang tidak dibenarkan karena meningkatkan risiko kecelakaan.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Apalagi saat kejadian, pengendara motor membunyikan klakson untuk meminta jalan, yang bisa mengganggu pengemudi mobil yang sedang berada di jalurnya.

Namun di sisi lain, Jusri menilai bahwa tindakan pengemudi mobil yang memukul pengendara motor merupakan reaksi yang tidak bisa diterima.

"Ketertiban itu mempengaruhi tindakan dan kenyamanan. Jadi ini empatinya yang tidak ada. Tanpa empati di jalan muncul ekskulisitas dan arogan, jadi yang mesti perbaiki adalah empati di ruang publik," katanya.

Baca juga: Fenomena Harga Mobil Bekas Jelang Akhir Tahun Lebih Murah

Arogansi di jalan, menurut Jusri, dapat muncul dari berbagai faktor, seperti harga kendaraan yang mahal, status sosial, atau identitas institusi tertentu.

Kondisi lalu lintas pasca-kecelakaan di Simpang Slipi, Selasa (26/11/2024).KOMPAS.com/RAMA PARAMAHAMSA Kondisi lalu lintas pasca-kecelakaan di Simpang Slipi, Selasa (26/11/2024).

Jusri menambahkan bahwa untuk mengubah sikap seperti itu, perlu dilakukan perubahan dari akar masalahnya. Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan revolusi mengenai pemahaman yang mendalam mengenai komitmen terhadap ketertiban.

"Ini adalah masalah besar. Komitmen terhadap ketertiban dan perilaku saat mengemudi itu saling terkait," ungkap Jusri.

Baca juga: Cara Berkendara Mobil Manual di Jalan Macet agar Enggak Cepat Rusak

Di era media sosial saat ini, Jusri juga mengingatkan bahwa kesalahan persepsi bisa terjadi, dan sering kali orang cenderung meniru perilaku yang bersifat anarkis.

"Saya tidak tahu bagaimana pemerintah bisa memperbaiki keadaan ini, karena ketertiban di jalan masih sangat kurang," ungkap Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau