Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Tanpa Perlu Penyesuaian Signifikan Tenggak Bioetanol

Kompas.com - 09/09/2024, 10:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Program pencapuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati jenis bioetanol dipercaya mampu membantu Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi pada 2030.

Dengannya, tingkat emisi yang dihasilkan suatu kendaraan bermotor, bisa direduksi sampai 60 persen. Tapi dengan catatan, mobil terkait sudah mengadopsi teknologi hibrida atau HEV.

Ahli Desain Produk dari Industri Institut Teknologi (ITB) Bandung Yannes Martinus Pasaribu menyampaikan, langkah ini sangat rasional karena masyarakat atau pengguna tidak perlu menyesuaikan diri.

Baca juga: Penyebab AC Mobil Tak Dingin Saat Sedang Macet di Jalan

Ilustrasi mobil dengan bahan bakar bioetanolDok. Auto.hindustantimes.com Ilustrasi mobil dengan bahan bakar bioetanol

"Pada kendaraannya, bagian yang perlu adaptasi hanyalah pada sektor transmisi dan mesin. Lebih banyak di bagian itu termasuk karborator ataupun injeksi, dan seterusnya," kata dia belum lama ini.

"Tetapi kalau bahan bakar campurannya masih rendah, tidak ada suatu perubahan yang signifikan (spesifikasi)," lanjut Yannes.

Sementara jika masyarakat langsung berpindah ke mobil listrik murni atau battery electric vehicle (BEV) yang benar-benar nol emisi, dia harus melakukan penyesuaian pola berkendara.

Sebab, pemakaian BEV sangatlah berbeda daripada kendaraan berbahan bakar baik dari sisi perawatan, kebiasaan penghematan daya, dan lain sebagainya.

"Jadi pilihan untuk menekan emisinya banyak. Kita jangan hanya fokus target NZE (Net Zero Emission) di 2060 saja, tetapi proses untuk mencapai ke sana bagaimana (jangan langsung loncat)," kata Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam.

Baca juga: Toyota Sebut Bioetanol di Kendaraan Bisa Merangsang Daya Beli Masyarakat

Toyota Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Bioethanol di GIIAS 2024KOMPAS.com/M. Fathan Toyota Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Bioethanol di GIIAS 2024

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), hingga 2023, persentase bauran energi Indonesia masih didominasi batu bara (40,46 persen), minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), sedangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih mencapai 13,09 persen.

Namun untuk target yang lebih dekat, yakni pengurangan emisi karbon sebanyak 41 persen pada 2030, dapat didorong dengan kendaraan yang menggunakan energi ramah lingkungan lain, yakni hibrida dan bioetanol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau