KARAWANG, KOMPAS.com - Program pencapuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati jenis bioetanol dipercaya mampu membantu Indonesia dalam mencapai target penurunan emisi pada 2030.
Dengannya, tingkat emisi yang dihasilkan suatu kendaraan bermotor, bisa direduksi sampai 60 persen. Tapi dengan catatan, mobil terkait sudah mengadopsi teknologi hibrida atau HEV.
Ahli Desain Produk dari Industri Institut Teknologi (ITB) Bandung Yannes Martinus Pasaribu menyampaikan, langkah ini sangat rasional karena masyarakat atau pengguna tidak perlu menyesuaikan diri.
Baca juga: Penyebab AC Mobil Tak Dingin Saat Sedang Macet di Jalan
"Pada kendaraannya, bagian yang perlu adaptasi hanyalah pada sektor transmisi dan mesin. Lebih banyak di bagian itu termasuk karborator ataupun injeksi, dan seterusnya," kata dia belum lama ini.
"Tetapi kalau bahan bakar campurannya masih rendah, tidak ada suatu perubahan yang signifikan (spesifikasi)," lanjut Yannes.
Sementara jika masyarakat langsung berpindah ke mobil listrik murni atau battery electric vehicle (BEV) yang benar-benar nol emisi, dia harus melakukan penyesuaian pola berkendara.
Sebab, pemakaian BEV sangatlah berbeda daripada kendaraan berbahan bakar baik dari sisi perawatan, kebiasaan penghematan daya, dan lain sebagainya.
"Jadi pilihan untuk menekan emisinya banyak. Kita jangan hanya fokus target NZE (Net Zero Emission) di 2060 saja, tetapi proses untuk mencapai ke sana bagaimana (jangan langsung loncat)," kata Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam.
Baca juga: Toyota Sebut Bioetanol di Kendaraan Bisa Merangsang Daya Beli Masyarakat
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), hingga 2023, persentase bauran energi Indonesia masih didominasi batu bara (40,46 persen), minyak bumi (30,18 persen), gas bumi (16,28 persen), sedangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih mencapai 13,09 persen.
Namun untuk target yang lebih dekat, yakni pengurangan emisi karbon sebanyak 41 persen pada 2030, dapat didorong dengan kendaraan yang menggunakan energi ramah lingkungan lain, yakni hibrida dan bioetanol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.