KARAWANG, KOMPAS.com - Pasar kendaraan roda empat atau lebih dalam negeri belum ada tanda-tanda perbaikan. Kondisi tersebut seiring daya beli masyarakat yang terus melambat hingga memasuki semester II/2024.
Kondisi ini diperkuat dengan terjadinya penurunan jumlah penduduk kelas menengah, menuju ke garis kemiskinan selama lima tahun terakhir dari 57,33 juta orang menjadi 47,85 juta orang pada 2024 (data BPS).
Padahal, dikatakan Ahli Desain Produk Industri Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, pangsa pasar otomotif terbesar di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia, adalah pada middle-low income.
Baca juga: Sebelum Beli Mobil Bekas Cek Keaslian BPKB dan STNK
"Segala upaya sudah dilaksanakan, baik dari sisi pemerintah maupun asosiasi, tapi trennya terus turun. Tahun ini saja diprediksi bisa tembus 900.000 unit sudah hebat karena tidak ada tanda perbaikan," kata dia di Karawang, Jawa Barat, belum lama ini.
"Kita tunggu saja sisa dua-tiga bulan ini kebijakan pemerintah seperti apa. Investor masuk atau keluar, atau diam," lanjut Yannes.
Pengamat otomotif ini lantas menyoroti beberapa elemen yang dapat dilakukan untuk keluar dari jebakan perlambatan pasar. Salah satu yang paling penting dimulainya industrialisasi.
"Sebab, sampai sekarang, ekonomi kita consumtive based, bukanlah production based, juga bukan dari industri. Jadi kita harus mulai masuk industri karena nilai tambahnya paling besar di sana," ucap Yannes.
Baca juga: Pentingnya Memantau Indikator Suhu Mesin Mobil saat Berkendara
Ia mencontohkan industrialisasi pada bahan nikel ore. Selama ini, Indonesia melakukan ekspor bahan baku mentah, tetapi ketika diolah, pendapatan bisa naik hingga 150 kali lipat.
"Nilai tambah itu hanya akan terjadi kalau ada komponen teknologi dan diindustrialisasikan. Tentu, juga harus di dalam negeri. Kalau tidak, capital fly terus, duitnya lari ke luar negeri terus," kata Yannes.
"Di samping itu, jangan sampai industri komponen juga lemah. Dalam artian, jangan produksi kendaraan menggunakan komponen impor semua, hanya rakit di sini. Kalau begitu, ketika penjualan naik, income-nya kabur semua dan kita tidak dapat apa-apa," lanjut dia.
Maka, dalam jangka panjang, langkah strategis ini juga bisa mengeluarkan sektor otomotif Indonesia dari jebakan 'one million trap' yang sudah terjadi selama satu dekade terakhir.
Baca juga: Waspada, Ini Efeknya Mengencangkan Baut Tanpa Kunci Torsi
Untuk diketahui, berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil secara wholesales atau distribusi dari pabrik ke diler selama Januari-Juli 2024 mencapai 484.235 unit, turun 17,5 persen dari periode sama tahun lalu yang mencapai 586.931 unit.
Sementara penjualan retail juga turun 12,2 persen pada kurun waktu sama, dari 578.891 unit menjadi 508.050 unit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.