Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Remaja Ngamuk karena Tidak Dibelikan Motor

Kompas.com - 27/05/2023, 17:01 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Orang tua memberikan motor ke anaknya memang jadi hal yang sering terjadi di Indonesia. Biasanya saat usia anak melewati 17 tahun, motor diberikan untuk memudahkan anak beraktivitas.

Cuma, anak tentu punya keinginan sendiri motor apa yang mau digunakan. Tidak semua orang tua sebenarnya punya kemampuan untuk memberikan sesuai keinginan anaknya.

Misal seperti pada video yang diunggah akun drama.sosialmedia, di mana ditampilkan video seorang remaja sedang merusak motor. Dituliskan kalau remaja tadi sedang mengamuk ke ayahnya karena tidak diberikan motor yang diinginkan.

Baca juga: Hunter Siap Produksi Motor Listrik Trail dengan Baterai Lokal

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Drama Sosialmedia (@drama.sosialmedia)

 

"Rusak motor Vario yang baru dibelikan, karena pengen motor trail," tulis pada akun tersebut, dikutip Kompas.com, Sabtu (27/5/2023).

Terlihat remaja tadi sedang menendang-nendang motor di depan ruko yang tampaknya jadi diler motor. Sebenarnya sikap seperti itu sangat disayangkan, kurang enak dilihat dan terkesan tidak bersyukur.

Banyak netizen yang menanggapi video tersebut. Beberapa menyayangkan perilaku remaja tersebut karena tidak bersyukur, tapi ada juga yang menyalahkan cara didik orang tuanya yang salah.

Baca juga: Mulai Berlaku di 234 Wilayah, Berikut Cara Beli Solar Subsidi Pakai QR

Menanggapi kejadian tersebut, Amanda Margia Wiranata, Psikolog Klinis dan Play Therapist menjelaskan, ada dua alasan kenapa remaja masih bisa mengalami tantrum seperti menangis, jerit, teriak, guling-guling, dan marah karena keinginannya tidak dipenuhi.

Amanda menjelaskan, perilaku tantrum normalnya muncul pada anak usia dua sampai tiga tahun. Kalau orang tua menangani tantrum dengan baik, maka akan mereda seiring bertambah usia anak.

"Pertama, ada kesulitan mengontrol impuls atau dorongan untuk sesuatu. Mungkin dia pengen punya sesuatu tapi tidak terpenuhi, dia tidak bisa menahan emosinya pada saat itu dan dia lampiaskan ke motor," kata Amanda kepada Kompas.com, Sabtu (27/5/2023).

Baca juga: Video WNI Naik Taksi Tanpa Sopir di Amerika, Dikomentari Blue Bird

Cara mengatasi tantrum pada anak. Cara mengatasi tantrum pada anak.

Kondisi pertama ini bisa datang dari diri sendiri karena mungkin karena adanya gangguan. Jadi orang tersebut kesulitan meregulasi emosi.

"Tapi bisa juga karena faktor lingkungan, bisa jadi karena pola asuh. Pola asuhnya bisa keinginannya dia selalu diikuti orang tuanya. Atau orang tuanya enggak konsisten, kadang dipenuhi atau tidak (keinginannya)," kata Amanda.

Sependapat dengan Amanda, Head of Safety Riding Promotion Wahana Agus Sani mengatakan pola asuh dari orang tua berperan dalam membuat karakter anak.

"Anak dengan karakter seperti itu karena kesalahan orang tua saat mendidik sewaktu kecil. Biasanya apapun permintaan si anak waktu kecil selalu dituruti," ucap Agus kepada Kompas.com, Jumat (27/5/2023).

Menurut Agus, karakter seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua. Kalau misal dari kecil terlalu dimanjakan, maka ada kemungkinan anak berperilaku membangkang seperti pada video ketika keinginannya tidak bisa terwujud.

"Andai saja orang tua bisa lebih bijak dalam mendidik, maka anak tidak mungkin tumbuh dengan karakter seperti itu," kata Agus.

Kenapa bisa dibilang seperti itu, karena ada juga anak yang prihatin dengan kondisi orang tua. Jadi semuanya sebenarnya kembali ke cara orang tua mendidik anak sewaktu kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau