"Saya dengar-dengar juga China punya kan. Kurang menarik, kalau harga (Rp 300 juta) itu mungkin bisa, komponen dalam negerinya cuma enggak banyak," kata Edi.
Menurutnya untuk yang Bima EV, rasanya sulit bertahan untuk dijual. Berbeda kasusnya dengan Bima konvensional yang masih pakai mesin 1.300cc dan tipe pikap.
"Sekarang untuk mikrolet listrik rencananya ada, mau disuplai BYD. Kecuali mereka di-cut untuk pakai yang ini (Esemka)," kata Edi.
Selanjutnya ada Farhan yang mengutarakan rasa kecewanya dengan produk Esemka, terutama Bima EV. Menurutnya, produk tersebut bisa lebih baik kalau benar dibuat sendiri, bukan impor dari China.
"Sebenarnya enggak apa-apa kalau re-badge, itu memang (wajar), toh kaya Proton dulu juga (re-badge) Mitsubishi, sama aja kan. Cuma yang jadi masalahnya ini ngaku-ngaku buatan Indonesia, padahal masih impor," kata Farhan.
Farhan sebenarnya kecewa, mengira produk yang dibawa Esemka ke IIMS adalah untuk mobil penumpang, bukan niaga. Model seperti SUV bensin atau hatchback EV ditunggu sebenarnya oleh pengunjung.
"Kirain yang bakal datang ini Garuda, yang SUV, bensin 2.000cc. Saya kira yang EV-nya yang kaya hatchback, saya kira gitu, bukan buat niaga," kata Farhan.
Farhan kaget mengenai harga Bima EV yang lebih dari Rp 500 juta. Menurutnya Bima EV bisa dibanderol sekitar Rp 300 juta sampai Rp 400 juta, kalau Rp 500 juta agak terlalu tinggi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.