Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insentif Kendaraan Listrik Jangan Fokus ke Pulau Jawa

Kompas.com - 24/01/2023, 08:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pemberian insentif terhadap pembelian kendaraan bermotor listrik di Indonesia, yang segara diundangkan Pemerintah RI tahun ini, dinilai kurang tepat apabila diterapkan secara nasional.

Pasalnya, hal tersebut akan menimbulkan masalah baru terhadap tata kota khususnya di bidang transportasi perkotaan. Masalah yang muncul, volume angkutan pribadi menjadi lebih banyak sehingga memperparah kondisi keamcetan jalan.

Baiknya, dikatakan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno, subsidi yang mencapai Rp 5 triliun ini, hanya diberikan kepada masyarakat di wilayah tertentu saja.

Baca juga: Pertamina Kembangkan Ekosistem dan Produksi Baterai Kendaraan Listrik 

Ilustrasi motor listrik Yamaha E01Dok. YIMM Ilustrasi motor listrik Yamaha E01

"Rencana Kementerian Perindustrian memberikan subsidi kendaraan listrik sebaiknya tak diberikan untuk konsumen kendaraan listrik di perkotaan, apalagi Pulau Jawa. Berikanlah ke daera-daerah yang kesulitan mendapatkan BBM," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (23/1/2023).

Sehingga percepatan era elektrifikasi nasional, bisa lebih merata, adil, dan masif. Tidak hanya berpusat pada kota besar saja yang pada akhirnya juga menambah kemacetan karena ada potensi masyarakat menambah unit kendaraannya (bukan ganti mobil).

Terlebih, Indonesia saat ini sedang mengalami krisis energi (BBM). Sebanyak 80 persen BBM subsidi dinikmati pengguna transportasi dan membuat Tanah Air mengimpor lebih dari 50 persen dari kebutuhan seharusnya.

"Bisa dicontoh Kabupaten Asmat, dengan menggunakan kendaraan listrik, ongkos atas angkutan distribusi BBM bisa dihemat. Kemudian kendaraan listrik juga jadi transportasi lokal di sana, jadi manfaat (nilai tambahnya) banyak," kata Djoko.

Baca juga: Daftar Gaji Pebalap MotoGP, Marc Marquez Masih Tertinggi

Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listrik dengan yang sudah penuh terisi di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di SPBU Pertamina, Jalan MT Haryono, Jakarta, Senin (28/3/2022). Pemerintah Indonesia menargetkan dua juta kendaraan listrik dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia pada 2025 sebagai salah satu upaya untuk menerapkan penggunaan energi terbarukan.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listrik dengan yang sudah penuh terisi di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di SPBU Pertamina, Jalan MT Haryono, Jakarta, Senin (28/3/2022). Pemerintah Indonesia menargetkan dua juta kendaraan listrik dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia pada 2025 sebagai salah satu upaya untuk menerapkan penggunaan energi terbarukan.

"Kota Agats, Kab Asmat sudah memberikan contoh suatu wilayah yang telah mengalami kesulitan distribusi BBM tidak selalu mempertahankan tetap menggunakan kendaraan motor bakar. Namun mau beralih menggunakan kendaraan motor listrik," lanjut dia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut pihaknya telah merumuskan pemberian insentif untuk kendaraan listrik tahun ini. Rencananya, subsidi Rp 80 juta akan diberikan terhadap pembelian mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV).

Kemudian, subsidi sebesar Rp 40 juta bagi mobil hibrida, Rp 8 juta untuk pembelian motor listrik, dan motor listrik hasil konversi sebesar Rp 5 juta.

Sepeda motor listrik di Kabupaten Asmat, Papua Selatandok.Djoko Setijowarno Sepeda motor listrik di Kabupaten Asmat, Papua Selatan

Transportasi Listrik Masyarakat Asmat

Diketahui, Kabupaten Asmat, Papua Selatan, mengalami kesulitan BBM karena biaya distribusi-nya yang sangat tinggi. Akses ke dan dari sana, hanya bisa dijangkau melalui udara dan laut.

Rinciannya, akses udara melalui Bandar Udara Ewer yang terletak di Pulau Ewer. Namun, untuk mencapai Kota Agats, Ibu Kota Kabupaten Asmat, memakan waktu yang lama, yaitu sekitar 20 menit menggunakan speedboat yang tarifnya Rp 100.000 per orang atau Rp 200.000 untuk tiga orang penumpang.

Kemudian di sana, kotanya rata-rata dibangun di atas rawa dengan jaringan jalan berupa jembatan kayu, yang pada mulanya sebesar 4 meter. Sekarang, mulai terbangun suatu jembatan komposit baja beton pada 2010 lalu.

Baca juga: E-TLE Diperluas, Begini Cara Mudah Bayar Tilang buat Pemotor

Ilustrasi distribusi BBM di Kabupaten Asmat, Papua Selatandok.Djoko Setijowarno Ilustrasi distribusi BBM di Kabupaten Asmat, Papua Selatan

Sehingga untuk membangun angkutan umum terintegrasi antar kota dan wilayah, cukup sulit. Mengakibatkan pemerintah daerah harus memikirkan strategi atas moda lainnya, yang juga tidak membebani konsumsi BBM.

Singkat cerita pada 2018, setidaknya ada sebanyak 1.280 unit motor listrik yang berlalu-lalang dan digunakan oleh penduduk Agats. Jumlah ini, lebih banyak dibanding sepeda motor berbahan bakar minyak karena biasanya hanya digunakan leh pihak kepolisian.

Sedangkan untuk mobil, hanya dipakai rumah sakit dalam bentuk ambulans atau mobil pemerintah.

Saat ini, berdasarkan data Dinas Perhubungan Kabupaten Asmat, sampai November 2018 tercatat sudah ada 3.154 kendaraan listrik yang beroperasi di sana. Yang mana, 3.067 unit di antaranya merupakan roda dua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com