JAKARTA, KOMPAS.com - Kendaraan listrik memiliki suara yang jauh lebih senyap jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Hal ini justru bisa jadi berbahaya bagi pengguna jalan yang lain.
Maka dari itu, ada regulasi yang mengatur tentang suara tambahan pada kendaraan listrik, guna memenuhi aspek keselamatan saat berkendaran di jalan.
Baca juga: Belum Ada Bengkel yang Bisa Konversi Mobil Listrik
Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 44 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Fisik Kendaraan Bermotor Dengan Tenaga Penggerak Menggunakan Motor Listrik,
Peraturan ini sebelumnya resmi diundangkan pada 16 Juni 2020.
Pada Pasal 32 ayat 6 aturan tersebut, dijelaskan bahwa frekuensi tertinggi pada kendaraan listrik adalah 75 desibel, dihasilkan oleh komponen yang dipasang di kendaraan tersebut seperti speaker dan sejenisnya.
Maka, produsen kendaraan listrik diharapkan memberi suara buatan yang disesuaikan dengan kategori jenis kendaraan serta suara mesinnya.
Aturan tentang suara buatan ini, mengacu kepada aturan tersebut, berlaku untuk kendaraan dengan kategori mobil penumpang, mobil untuk bus, dan mobil barang (M, N, dan O).
Baca juga: Bengkel Umum Sudah Boleh Konversi Mobil Listrik, Simak Aturannya
Berikut ini aturan tentang suara tambahan pada kendaraan listrik, mengacu kepada Pasal 32:
1. Untuk memenuhi aspek keselamatan, Kendaraan Bermotor Listrik kategori M, N, dan O harus dilengkapi dengan suara.
2. Suara yang ditimbulkan oleh Kendaraan Bermotor Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kategori jenis kendaraan dan suara mesin Kendaraan Bermotor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.