Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi BBM di SPBU, Baiknya Pakai Hitungan Liter atau Rupiah?

Kompas.com - 29/08/2022, 19:01 WIB
Dicky Aditya Wijaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA,KOMPAS.com - Rencana kenaikan harga BBM diprediksi akan dilakukan pemerintah dalam waktu dekat. Biasanya, banyak masyarakat akan mengisi BBM kendaraannya, sebelum harga diputuskan naik.

Namun demikian, ada dua cara yang biasanya digunakan pengendara, yakni isi BBM berpatokan jumlah nominal rupiah, satu lagi berdasarkan takaran jumlah liter bahan bakar. 

Hal tersebut masih menuai pro dan kontra. Sebagian berasumsi bahwa beli bahan bakar pakai hitungan nominal rupiah dinilai lebih akurat.

Sebagai contoh, isi bahan bakar Rp 100 ribu jika dihitung jatuhnya malah untung dibanding beli sejumlah 12 liter. 

Lantas apakah hal itu benar demikian?

Baca juga: Biaya Tangki Penuh Brio Satya, Agya, dan Ayla jika Pertalite Naik

Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi menjelaskan, sebetulnya sama saja pembelian bahan bakar minyak (BBM) berpatokan liter maupun nominal tertentu. 

Petugas SPBU sedang melayani konsumen di SPBU. DOK. Pertamina Petugas SPBU sedang melayani konsumen di SPBU.

Satu keuntungannya, jika menghitung jumlah liter maka bisa memperoleh data akurat, bisa digunakan mencegah praktik kecurangan di SPBU. 

Sebab mesin SPBU tetap akan mengkonversikan ke satuan liter jika pengendara menyebutkan nominal rupiah.

"Misalnya, beli BBM Rp 100 ribu, maka dapat 12 liter. Cuma angka yang tertera pada mesin dispenser bisa dijadikan acuan," ucap Widya dihubungi Kompas.com, Senin (29/8/2022). 

Bicara efektivitas, menurut Widya, membeli BBM berdasarkan nominal rupiah lebih sering digunakan masyarakat, pertimbangan utamanya karena dirasa mudah dan praktis ketika bertransaksi. 

Pengisian BBM oleh sebuah mini bus di SPBU di Distrik Masni, Manokwari.Istimewa/Adlu Raharusun Pengisian BBM oleh sebuah mini bus di SPBU di Distrik Masni, Manokwari.

Apalagi dengan hadirnya aplikasi MyPertamina, pengendara tak perlu repot mengeluarkan uang receh sesuai nominal pembelian. Pelayanan juga lebih cepat karena petugas tak butuh menyiapkan uang kembalian. 

"Praktis, apalagi jika beli nominal tertentu yang biasanya harus ada pembulatan. Pembeli juga tidak merasa dirugikan. Jadi, bayar pakai aplikasi tidak ribet menghitung kembalian," katanya. 

Baca juga: SPBU di Serang Curangi Konsumen, Modifikasi Dispenser hingga Pakai Remote Control

Petugas memasukkan data menggunakan kartu kendali (Fuel Card) bagi konsumen yang mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022). Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mengerahkan 384 unit armada mobil tangki, 27 unit bridger avtur dan 174 unit skid tank untuk LPG serta 16 titik SPBU kantung dan 15 titik layanan motoris pada jalur mudik ditambah 11 SPBU Siaga Tol Trans - Sumatera dan empat SPBU Modular di sepanjang jalur Tol Bakauheni - Palembang.ANTARA FOTO/ARDIANSYAH Petugas memasukkan data menggunakan kartu kendali (Fuel Card) bagi konsumen yang mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022). Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mengerahkan 384 unit armada mobil tangki, 27 unit bridger avtur dan 174 unit skid tank untuk LPG serta 16 titik SPBU kantung dan 15 titik layanan motoris pada jalur mudik ditambah 11 SPBU Siaga Tol Trans - Sumatera dan empat SPBU Modular di sepanjang jalur Tol Bakauheni - Palembang.

Untuk antisipasi kecurangan, Widya mengingatkan, sebaiknya pengendara memperhatikan proses pengisian bahan bakar, baik dari awal hingga akhir. 

Struk transaksi pembelian harus diminta pada petugas agar bisa mencocokkan uang yang dikeluarkan dengan volume BBM yang di dapatkan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com