Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemudi Bus Tanpa Mental Selamat, Jadi Penyebab Marak Kecelakaan

Kompas.com - 18/08/2022, 07:42 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pada GIIAS 2022, Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) turut melakukan serangkaian diskusi. Kali ini, tema yang dipilih adalah safety driving bersama dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Satu hal yang jadi bahasan adalah seringnya kecelakaan yang melibatkan truk atau bus di jalanan. Penyebab peristiwa itu terjadi pun berbagai macam, tapi kebanyakan karena kesalahan pengemudi.

Menurut Ahmad Wildan, Senior Investigator KNKT, Mengenai kecelakaan yang marak terjadi saat ini itu disebabkan para pengemudi truk atau bus yang tidak memiliki mental safety culture atau budaya selamat.

Baca juga: Kapan Truk Listrik Fuso eCanter Akan Dijual Massal?

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara kecelakaan bus pariwisata yang masuk jurang di Kampung Cirendeu, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (25/6/2022). Empat orang tewas dalam kecelakaan tunggal bus pariwisata yang berpenumpang rombongan guru dan staf SDN Sayang, Jatinangor, Kabupaten Sumedang tersebut. Humas Polres Tasikmalaya Kota Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara kecelakaan bus pariwisata yang masuk jurang di Kampung Cirendeu, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (25/6/2022). Empat orang tewas dalam kecelakaan tunggal bus pariwisata yang berpenumpang rombongan guru dan staf SDN Sayang, Jatinangor, Kabupaten Sumedang tersebut.

"Budaya selamat, pengemudi enggak boleh asal bawa kendaraan. Dia harus paham risiko apa yang akan dihadapi ketika membawa kendaraan ini," kata Wildan di Tangerang, Rabu (17/8/2022).

Mengenai risiko yang sering dihadapi di jalan, Wildan menjelaskan yang pertama adalah risiko dari kendaraannya. Bisa dilihat kalau setiap kendaraan punya sistem rem yang bermacam-macam, ini harus dipahami apa risiko jika terjadi masalah.

Kedua, pengemudi juga harus paham risiko blind spot, mengingat bodi bus dan truk itu panjang, sehingga blind spot lebih besar. Bahkan setiap kendaraan ternyata punya titik buta yang berbeda-beda.

Baca juga: 6 Mobil Termahal di GIIAS 2022, Paling Mahal Tembus Rp 7,7 Miliar


"Artinya ketika kita membawa kendaraan, pastikan familiar dan memahami instrumentasi teknologi yang ada di sana. Kita enggak paham, fatal," kata Wildan.

Risiko selanjutnya adalah lintasan, mengingat mayoritas kasus rem blong terjadi di jalan yang menurun. Penyebabnya, pengemudi gagal memahami cara mengemudi yang benar saat jumpa jalan menurun.

"Dua hal yang berbeda cara mengerem di jalan datar dengan menurun. Ketika pengemudi salah, terjadilah rem blong," ucapnya.

Proses evakuasi dua truk tronton yang bertabrakan di Jalan Poros Nasional Lamongan-Gresik, di Kecamatan Deket, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (10/8/2022). *** Local Caption *** Proses evakuasi dua truk tronton yang bertabrakan di Jalan Poros Nasional Lamongan-Gresik, di Kecamatan Deket, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (10/8/2022).Dok. Satlantas Lamongan Proses evakuasi dua truk tronton yang bertabrakan di Jalan Poros Nasional Lamongan-Gresik, di Kecamatan Deket, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (10/8/2022). *** Local Caption *** Proses evakuasi dua truk tronton yang bertabrakan di Jalan Poros Nasional Lamongan-Gresik, di Kecamatan Deket, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (10/8/2022).

Lalu, risiko lain adalah salah cara memuat barang. Jika ada pemasangan atau pengikatan barang yang salah, atau penempatannya salah, maka bisa terjadi kecelakaan di jalan.

"Terakhir, risiko ada di diri sendiri. Sopir sakit, ngantuk, jangan memaksakan. Kasus bus STJ tabrak truk, saya tanya sopir kenapa tiba-tiba pindah lajur? Ternyata dia mengemudi sambil tidur karena habis minum obat," ucap Wildan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com