Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Etika Mengendarai Sepeda Motor, Jangan Bonceng Lebih dari 1 Penumpang

Kompas.com - 03/08/2022, 10:12 WIB
Serafina Ophelia,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih banyak kecelakaan motor terjadi akibat pengendara tidak taat aturan. Terjadi di Kota Tangerang, Banten, satu unit sepeda motor yang ditumpangi tiga orang keluarga terjatuh setelah menyenggol kendaraan lain saat hendak menyalip, Senin (1/8/2022).

Pengendara motor tersebut membonceng satu penumpang di belakang dan satu penumpang di bagian jok depan motor.

Akibat kecelakaan tersebut, satu penumpang motor yang merupakan ibu dari pengendara tersebut tewas sementara lainnya mengalami luka-luka.

Kanit Laka Polres Metro Tangerang AKP Badruzzaman menjelaskan bahwa saat keadaan sedang macet, pengendara sepeda motor mengambil lajur kiri sebelum kemudian menyenggol kendaraan lain dan oleng.

Baca juga: Upaya Tekan Kecelakaan, Polisi Pasang Rotator dan Sirene di Pelintasan KA

"Pada saat macet dia ngambil lajur ke kiri, nyenggol kendaraan tak dikenal, dugaan mobil roda tiga gitu, Viar itu. Stang kena body belakang lanjut oleng jatuh ke kanan, pada saat bersamaan ada kendaraan truk akhirnya penumpang yang dibonceng di belakang masuk kolong truk itu kena ban belakang kiri," ucapnya seperti dikutip NTMC Polri, Selasa (2/8/2022).

Selain memperhatikan etika berkendara, pengendara motor juga harus memperhatikan keselamatan saat membonceng penumpang. Hal ini dikarenakan, membonceng lebih dari satu penumpang dapat mengganggu keseimbangan saat berkendara.

Menanggapi ini, pengamat transportasi dan hukum Budiyanto mengatakan, umumnya fenomena menaikkan lebih dari satu penumpang kerap dilakukan oleh pengendara dengan kecenderungan sifat aggresssive driving seperti anak di bawah umur.

Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran.KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran.

Baca juga: Konsumen Ditawari Pengembalian Dana Inden Fazzio, Ini Kata Yamaha

"Mereka masih labil dan masih sulit mengendalikan emosinya. Pengetahuan lalu lintas masih minim, kecenderungan sifat aggressive driving  mengemudikan kendaraan bermotor di bawah pengaruh ketidakstabilan emosi yang berdampak pada risiko kecelakaan dan kecenderungan melakukan pelanggaran, misal, menaikkan penumpang lebih dari satu," ucap Budiyanto saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/8/2022).

Aggressive driving sendiri merupakan perilaku mengemudi yang ceroboh atau ugal, serta tidak memperhatikan peraturan yang berlaku di jalan. Pengemudi jenis ini cenderung membahayakan diri sendiri serta pengguna jalan yang lain.

Ia menjelaskan, ada banyak bahaya dari aspek keselamatan karena anak di bawah umur belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mengendarai sepeda motor. Perlu diingat, mengendalikan kendaraan bermotor tidak sekedar paham operasional saja, namun juga paham risiko bahaya dan aturan berlalu lintas.

Baca juga: Disuntik Mati, Ini Sejarah Toyota Vios di Indonesia

Dalam kesempatan terpisah, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan bahaya membonceng lebih dari satu penumpang, khususnya membawa anak di jok depan.

"Selain membahayakan pengemudi, membahayakan penumpangnya, membahayakan orang lain. Karena tidak seimbang," ucap Jusri kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Jusri menekankan, kebiasaan ini tidak sesuai dengan norma-norma keselamatan Dan seringkali berakibat fatal. 

"Berdasarkan aturan lalu lintas, pengendara sepeda motor itu hanya diperbolehkan membawa satu orang penumpang. Kemudian diartikan, atrannya itu duduk di tempat yang benar. Kalau dipersepsikan, itu di belakang," ucap Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com