Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Pemukulan di Jalan Tol, Ini Penyebab dan Antisipasinya

Kompas.com - 06/06/2022, 14:12 WIB
Dio Dananjaya,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Insiden keributan yang terjadi di jalan tol baru-baru ini perlu disikapi dengan solusi yang baik untuk semua pihak. Bagi pengemudi, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerapkan langkah antisipasi dengan mengemudi defensif atau defensive driving.

Jusri Pulubuhu, Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengatakan, aksi yang dipertontonkan oleh pengemudi yang ribut di jalan tol termasuk dalam kategori road rage.

Road rage adalah perilaku agresif atau arogan yang ditunjukkan oleh pengendara kepada pengguna jalan lainnya,” ucap Jusri, dalam keterangan tertulis (6/6/2022).

Baca juga: Usai Formula E, Sudah Ada Agenda Balap Lain di Sirkuit Ancol

Menurutnya, perilaku ini termasuk penghinaan kasar dan verbal, berteriak, ancaman fisik atau perilaku mengemudi berbahaya yang ditargetkan kepada pengemudi atau pengguna jalan lain.

Jusri juga mengatakan, tujuan road rage adalah untuk mengintimidasi atau melepaskan kekesalan atau ketidaksukaan pengemudi tersebut.

Karena faktanya, kasus-kasus seperti ini banyak mengakibatkan tindak anarkis atau fisik, dan perusakan. Namun berakhir dengan tidak berlanjutnya kasus hukum, atau damai dengan pertimbangan restorative Justice.

Baca juga: Kesalahan Fatal Aleix Espargaro, Mengira Balapan Sudah Selesai

Jusri menambahkan, ada beberapa penyebab yang membuat pengemudi berubah jadi agresif saat berkendara.

Pertama berhubungan dengan kekuasaan, entah itu berkaitan dengan pejabat dan ormas. Maupun oknum instansi hukum, seperti TNI atau Polri.

Kedua berada dalam rombongan jumlah besar, seperti rombongan motor, fans club, pengantar jenazah, komunitas, maupun rombongan instansi pemerintah.

Baca juga: Hasil MotoGP Catalunya 2022, Quartararo Juara, Aleix Espargaro Memalukan

Iring-iringan mobil pengawal Presiden ASDok. Gomechanic.in Iring-iringan mobil pengawal Presiden AS

Lalu pengemudi yang membawa senjata, mengemudikan kendaraan besar, ataupun kendaraan yang lebih mahal dan mewah.

Jusri menjelaskan, kejadian yang terus terulang ini bukannya tanpa sebab, melainkan karena beberapa alasan.

“Karena kesadaran aturan hukum dan tata tertib berlalu lintas di jalan yang lemah. Kemudian kesadaran berbagai (empati) yang lemah, serta penegakan hukum pascakejadian yang kurang tegas,” kata Jusri.

Baca juga: Motor Tom Cruise di Film Top Gun, Ada Kawasaki Ninja Paling Pertama

Mata lansia mengalami pengecilan pupil sehingga tak tahan terhadap cahaya yang terlalu benderang seperti cahaya matahari di pagi atau sore hari.Unsplash/Takahiro Taguchi Mata lansia mengalami pengecilan pupil sehingga tak tahan terhadap cahaya yang terlalu benderang seperti cahaya matahari di pagi atau sore hari.

Mengemudikan kendaraan tentu bukan merupakan tindakan sepele. Oleh sebab itu, pengguna jalan perlu menyiapkan waktu luang untuk setiap perjalanan, sehingga Anda tidak dalam tekanan waktu saat mengemudi.

“Rencanakan rute perjalanan, hindari rute-rute macet ataupun spot-spot yang dikenal sebagai area bronx,” tutur Jusri.

Tidak lupa untuk selalu tertib berlalu lintas, mengantisipasi segala kemungkinan terburuk (jaga jarak), dan mengalah kepada pengguna jalan yang agresif.

“Karena jika terjadi insiden, kedua belah pihak yang terlibat akan rugi,” ujar Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com