Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kecelakaan di MT Haryono, Selalu Jaga Jarak Pengereman

Kompas.com - 26/05/2022, 08:02 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang melibatkan mobil dan sejumlah sepeda motor terjadi di Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2022).

Kejadian bermula saat pengemudi mobil Mitsubishi Pajero melintas tak jauh dari gedung Menara Saidah seketika menabrak sejumlah pengendara motor dan taksi.

Pengemudi Pajero disebut melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi sehingga menabrak pemotor dan taksi cukup keras.

“Mobil saya dan sekitar 7 motor keseruduk (oleh pengemudi mobil Pajero),” ucap Kokoy, sopir taksi yang turut menjadi korban, dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/5/2022).

Baca juga: Tips Aman Bonceng Anak Pakai Sepeda Motor

Kokoy melanjutkan, sejumlah pemotor yang ditabrak itu terhimpit antara depan mobil Pajero dan belakang taksi. Akibatnya, dua orang yang merupakan pengemudi dan penumpang motor tewas.

Belajar dari kejadian tersebut, pengemudi sebaiknya lebih memperhatikan tentang kecepatan dan jarak pengereman.

Sebab, salah satu penyebab kecelakaan mobil atau sepeda motor yang kerap terjadi di jalan adalah kecepatan yang tidak terkontrol. Padahal, di setiap jalan sudah ditentukan kecepatan maksimal yang seharusnya dipatuhi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by JAKARTA INFO (@jktinfo)

Mengemudikan kendaraan terlalu cepat, semakin mempertinggi risiko terjadinya kecelakaan. Pasalnya semakin cepat kendaraan dipacu, jarak pengereman semakin jauh, belum lagi jika ditambah dengan kondisi jalan yang licin. Sehingga semakin kecil kemungkinan bisa menghindari objek tabrak.

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, jarak pengereman ditentukan oleh banyak faktor. Setidaknya ada tujuh faktor penentunya.

“Pertama, kondisi permukaan jalan, entah itu jalan dalam kondisi basah atau kering,” ucap Jusri.

Kedua adalah kondisi ban. Semakin ban botak atau tidak sempurna kembangan membuat lebih rendah gesekannya.

“Ketiga, jenis rem yang digunakan. Antara mobil satu dan mobil lainnya, memiliki sistem pengereman atau jenis rem yang berbeda, ini akan ikut memengaruhi jarak pengereman pula,” ujar Jusri.

Lalu lintas yang biasa padat di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, tampak lengang pada Selasa (4/6/2019).KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA Lalu lintas yang biasa padat di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, tampak lengang pada Selasa (4/6/2019).

Jusri menambahkan, keempat adalah bobot kendaraan, mobil atau sepeda motor. Kelima, cuaca. Lalu, yang keenam, waktu pengereman.

“Terakhir adalah lokasi pengereman. Ini hitung berdasarkan tingkat ketinggian daratan dari permukaan laut. Di mana melakukan pengereman di daerah puncak dengan di Jakarta akan berbeda, karena pengaruh dari gaya gravitasi,” kata Jusri.

Jusri melanjutkan, jarak pengereman juga ditentukan oleh waktu reaksi, di mana terdiri dari dua jenis, reaksi manusia (1 detik) dan mekanik atau sistem rem (0,5 detik) yang jika dibulatkan dalam dunia safety menjadi total 2 detik.

Baca juga: Ban Sepeda Motor Kempis, Jangan Paksa Dikendarai

“Kondisi ini juga dipengaruhi beberapa faktor. Usia, di mana semakin tua usianya (di atas 5 tahun) maka akan lebih lama waktu reaksinya. Selain itu, kondisi fisik pengemudi. Lalu ditentukan oleh gangguan mental, di pekerjaan atau rumah tangga. Terakhir pengaruh obat alkohol,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com