Sementara itu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pengemudi angkutan penumpang harus memiliki kompetensi mumpuni lewat pelatihan.
“Kebiasaan pengemudi bus di Indonesia hanya bisa mencontoh. Awalnya dia bisa mengemudi dengan melihat pengemudi utama, mungkin keterampilan oke, tapi pengetahuan berbeda,” ucap Jusri.
“Keterampilan tanpa belajar, tanpa instruktur, akan meningkat jika semakin sering dilakukan. Semakin tinggi jam terbang, akan semakin mahir. Tapi perlu diingat, jalan raya adalah ruang publik, jadi harus ada pengetahuan, pemahaman lalu lintas, bagaimana mengantisipasi masalah, dan lain-lain,” lanjutnya.
Baca juga: Meski Kecil, tapi Jangan Sepelekan Fungsi Koil pada Motor
Jusri menyarankan, sudah sepatutnya pemerintah ikut turun tangan dengan menyediakan standar kompetensi yang lebih layak untuk pengemudi angkutan penumpang maupun barang.
“Fenomena sopir cadangan mengerikan sekali. Mereka berangkat dari kebiasaan. Proses jadi sopirnya yang perlu diantisipasi, karena rata-rata mereka dari kernet atau cadangan. Padahal kompetensi seharusnya didapat dari sekolah atau pelatihan,” kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.