Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Penumpang Diduga Tertipu Bus Saat Mudik, Dioper-oper

Kompas.com - 04/05/2022, 07:02 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada musim mudik kali ini, ada saja kejadian buruk yang masih terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah kasus penumpang bus yang dioper-oper sebelum sampai ke tempat tujuannya.

Video keresahan penumpang ini diunggah akun Andrikpratama656 ke Tiktok. Dia mengatakan sedang naik bus dari Jakarta menuju Ponorogo namun dioper jadi menggunakan bus ke arah Sragen.

"Nih busnya, Harta Sanjaya, tujuan Ponorogo 450 (Rp 450.000 harga tiketnya) dioper," ucapnya dalam video tersebut dikutip Kompas.com, Selasa (3/5/2022).

Baca juga: Travel Gelap Masih Marak, Berikut Risiko Bahaya Pakai Travel Ilegal

@andrikpratama656 Viralkan !!! tarif gak sesuai dan dioper bis lain #hartasanjayabus #hartasanjaya #lebaran2022 #fyp #fyp? ? suara asli - Andrik

Selain itu, dia juga menanyakan ke penumpang lainnya. Dengan tujuan ke Blitar, dia membayar Rp 650.000 untuk satu tiket bus eksekutif, tapi malah dioper ke kelas ekonomi.

Mengenai kasus bus seperti ini, memang kerap terjadi pada saat musim mudik. Penumpang pun membeli bisa saja karena kepepet atau kehabisan tiket bus yang resmi, jadi sembarang saja pilih armada.

Anthony Steven Hambali, pemilik PO Sumber Alam mengatakan, kejadian seperti ini adalah hal yang ditakuti para operator bus, penumpang yang salah naik bus yang tidak terpercaya.

Baca juga: Ganjil Genap di Jalur Puncak Bogor Berlaku Hari Ini

"Persiapan untu mudik dengan bus itu sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari. Jadi tiket dibeli di agen resmi atau PO langganan," ucapnya kepada Kompas.com, Selasa (3/5/2022).

Anthony mengatakan, kalau membeli tiket bus dadakan di terminal, khawatir penumpang terkena calo, agen abal-abal atau agen mudik yang tidak jelas.

"Kalau memang dadakan beli tiketnya, ya tetap pergi ke agen resmi. Biasanya agen resmi punya kios di terminal," ucap Anthony.

Kemudian, agar tidak kena tipu, bisa cek di aplikasi resmi perusahaan atau online travel agent. Biasanya bus-bus yang reguler dan resmi mengisi jalur AKAP, pasti setidaknya ada namanya di situ.

Risiko

Sebelumnya, sejak awal puasa Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga sudah mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap maraknya peredaran travel gelap saat Lebaran, termasuk bus pariwisata yang beroperasi tanpa izin.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan, masyarakat yang ingin mudik hendaknya memasan tiket dari agen resmi dan menghindari iming-iming tawaran calo yang mulai banyak beredar.

Baca juga: Mau Irit BBM Tapi Berujung Maut, Ingat Bahaya Slipstream di Jalan Tol

Kerugian menggunakan angkutan umum ilegal atau travel gelap pun juga sudah dijelaskan, mulai tak adanya kepastian bagi penumpang, ketidakjelasan armada, sampai tak mendapat asuransi bila terjadi kecelakaan.

Tampak area tunggu keberangkatan penumpang bus AKAP di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022). Tampak area tunggu keberangkatan penumpang bus AKAP di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022).

"Dari kenyamanan sudah pasti berbeda antara bus yang resmi dan yang tidak terdaftar atau travel gelap. Dari pengalaman tahun lalu banyak penyelenggara yang tidak bertanggung jawab misalnya kondisi bus tidak prima, cukup berbahaya jika dipakai perjalanan jauh," ujar Budi dalam keterangan resminya, Senin (28/3/2022).

"Jika terjadi kecelakaan tidak ter-cover oleh asuransi Jasa Raharja. Seringkali bus tidak resmi juga harganya lebih mahal dari yang resmi, kendaraan tidak diuji Kir, serta kompetensi pengemudi tidak terjamin," katanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com