Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktor Kenapa 3 Rekayasa Lalu Lintas Dilakukan Sekaligus Saat Mudik

Kompas.com - 22/04/2022, 07:31 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Firman Shantyabudi mengatakan, ada beberapa faktor penting yang membuat jajarannya bersama para stakeholder terkait akan menerapkan tiga kebijakan sekaligus saat arus mudik Lebaran.

Ketiganya adalah penerapan sistem ganjil genap, satu arah atau one way, serta pembatasan bagi kendaraan sumbu tiga atau lebih untuk melintas di jalan tol.

Menurut Firman, dengan prediksi jumlah pemudik sebanyak 85.5 juta orang, yang 47 persennya akan menggunakan jalur darat, artinya sangat memungkinkan terjadi kemacetan yang parah. Apalagi bila melakukan perjalanan secara besama-sama.

"Artinya, ada angka yang sangat istimewa, belum lagi dengan jumlah kendaraan yang diperkirakan mencapai 23 juta untuk roda empat dan 17 juta roda dua," kata Firman dalam konferensi pers bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di Kawasan SCDB, Kamis (21/4/2022).

Baca juga: Bebas Ganjil Genap, Seberapa Realistis Mudik Pakai Mobil Listrik?

Lebih lanjut, Firman mengatakan, dari informasi terbaru, anak sekolah sudah mulai libur pada 22 April, tetapi orangtua masih ada yang kemungkinan bekerja sampai 27 April.

Dengan asumsi tersebut, potensi kepadatan lalu lintas yang sudah diperkirakan mulai 28 April bisa saja terjadi. Belum lagi ditambah dengan kapasitas jalan yang tak mencukupi.

"Data yang ketiga, yang harus diupayakan ketika kapasitas jalan tidak mencukup untuk bisa menampung jumlah kendaraan yang akan lewat, VC ratio harus di bawah angka 1. Sementara (dengan prediksi) 23 juta di jalan tol itu ada di angka 1,8, artinya kendaraan itu tidak bisa bergerak (tidak jalan)," ujar Firman.

Firman menjelaskan, Polri sudah mengusulkan penambahan satu lajur contraflow di jalan tol, tapi angka (VC Ration) juga masih 1,6 yang artinya kendaraan belum bergerak. Begitu juga saat ditambah dengan contraflow dua jalur, hingga akhirnya dipilih one way.

"Tapi itu (one way) pun angkanya masih 0,8, bisa berjalan tapi sangat pelan, karena tujuan kita mempercepat waktu tempuh, dan itu ditambah lagi dengan pembatasan kendaraan sumbu 3 atas, kita mendapatkan angka 0,4 artinya sudah oke, dengan asumsi kendaraan yang bertambah pada tahun ini 40 persen," ujar Firman.

Baca juga: DFSK Mulai Diterpa Masalah Serius, Puluhan Karyawan Kena PHK

Lebih lanjut ia menegaskan, pengambilan kebijakan rekasaya lalu lintas melalui skema one way, ganjil genap, dan pembatasan kendaraan berat secara bersamaan, sudah melalui kajian demi kelancaran arus mudik dan balik.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh TMC Polda Metro Jaya (@tmcpoldametro)

Meski pada satu sisi ada yang dirugikan, seperti kendaraan yang tidak bisa masuk karena pelat berbeda dengan tanggal perjalanan, atau masyarakat yang ingin ke Jakarta tak bisa melewati tol akibat one way, tapi semua sudah dipelajari untuk mencari solusi terbaik.

"Yang pasti kami pemerintah dalam hal ini bersepakat (mengambil) cara bertindak yang paling sedikit merugikan masyarakat. Jadi mohon untuk dimaklumi, karena tidak mungkin kendaraan dengan jumlah yang sedemikian banyak keluar bersamaan dengan tujuan yang hampir sama menuju arah Timur," ucap Firman.

"Kami sampaikan ini supaya masyarakat bisa paham dan mengetahui apa yang menjadi dasar bagi kami untuk menerapkan kebijakan menambah kapasitas jalan atau mengurangi jumlah volume kendaraan yang ada di jalan, tujuannya kelancaran lalu lintas," katanya.

Baca juga: Diprediksi Macet, Waktu Tempuh Mudik ke Semarang Bisa Dua Kali Lipat

Hal tersebut juga disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, yang menjelaskan bahwa ketiga skema rekayasa lalu lintas diambil dengan banyak pertimbangan.

One Way saat mudik lebaranKOMPAS.com One Way saat mudik lebaran

Targetnya tak sekadar bisa mewujudkan mudik lancar saja, tapi juga aspek keselamatan dalam hal penanganan Covid-19 dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

"Ketiga metode ini kita lakukan bersamaan adalah melihat dari potensi pergerakan atau bangkitan dari sekitar Jabodetabek yang cukup banyak menuju wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah," ucap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com