Meski generasi kedua dari Veloz ini masih menggunakan dapur pacu yang sama, ubahan teknis yang diberikan cukup signifikan dibanding generasi sebelumnya.
Ubahan tersebut mulai dari platform baru DNGA dengan konfigurasi Front Engine-Front Wheel Drive (FF), transmisi Dual (D-CVT), sampai pada sisi pengembangan peredam kejut dengan mengoptimalkan geometri suspensi depan dan belakang.
Saat pertama kali duduk di bangku kemudinya, hal pertama yang terasa ialah kelegaan kabin dan kenyamanan yang mewah. Apalagi, setir kemudi sudah bisa diatur sedemikian rupa (tilt dan telescopic).
Visibilitas depan yang dihadirkan pilar A juga terbilang cukup lapang, sehingga blind spot ketika berkendara tidak terlalu besar.
Setelah mengatur posisi, langsung injak pedal rem dan geser transmisi CVT ke D. Tak lupa untuk nonaktifkan tombol electric parking brake, dan seketika mobil mulai bergerak perlahan ke jalan raya.
Merasakan mesin 2NR VE 1.500 cc dengan transmisi D-CVT ternyata cukup smooth dalam perpindahan giginya, berbeda dengan model konvensional 4 AT.
Entakan di awal ketika menggeser ke posisi D termasuk saat perpindahan gigi nyaris tidak terasa. Dengan D-CVT 7 percepatan, penyaluran tenaga ke roda lebih terkontrol sehingga dari sisi kenyamanan penumpang pastinya bertambah.
Baca juga: Komparasi Toyota Veloz Versi Indonesia dengan Thailand
Pengemudi juga bisa menggeser tuas transmisi ke posisi S, sehingga bisa mengoperasikan secara manual setiap perpindahan giginya sesuai kebutuhan. Inilah keunggulan dari CVT Triptonic pada LMPV ini dibanding kedua mobil yang dites lainnya.
Dalam keadaan stop and go, torsi Veloz yang sebesar 137 Nm begitu baik untuk merespons gas. Sehingga cukup nyaman untuk digunakan sampai jarak jauh, bahkan tidak ada rasa limbung saat melintas di jalur tidak rata alias bergelombang.
Baca juga: Viral, Syarat Beli Fortuner 2.8 Harus Isi Bahan Bakar Berstandar Euro 4
Xpander Sport CVT
Untuk MPV murah satu ini, sebenarnya tidak banyak perubahan dibanding generasi sebelumnya. Mesin pun masih sama, memakai MIVEC 1.500 cc dengan kode 4A91.
Mesin tersebut mampu mengolah tenaga sebesar 105 Ps atau setara 103 tk serta torsi 141 Nm. Tak hanya itu, Mitsubishi juga mengklaim dapur pacunya sudah memiliki spesifikasi Euro IV.
Meski untuk mendapatkan posisi berkendara egronomis cukup mudah di mobil ini (stir kemudi sudah tilt dan telescopic), suasana kabinnya cukup biasa lantaran masih sama dengan versi lawas.
Sajian visual depan dengan postur tinggi yang disajikan Xpander Sport CVT juga cukup baik. Tetapi untuk tinggi di bawah 170 cm, hal ini justru menambah blindspot karena pandangan ke depan terhalang dasbor dan bonnet.
Baca juga: Minat Xpander Sport CVT, Cek Biaya Servis Berkala sampai 100.000 Km
Ketika memindahkan tuas transmisi ke posisi D, sudah sedikit terasa tenaga bawahnya masih responsif meski dari sisi akselerasi tak jauh berbeda dari versi matik konvensional sebelumnya.
Saat mulai melakukan perjalanan di dalam kota, makin terasa perbedaan signifikan dari transmisi CVT yang digunakan. Tak ada lagi hentakan yang terasa ke roda depan pada tiap perpindahan gigi, dalam arti kali ini jauh lebih smooth.
Tapi jangan terlalu heran, karena hal ini memang jadi salah satu ciri khas dari kebanyakan mobil yang menggunakan CVT, di mana tenaganya terasa linear dan perpindah tiap percepatannya lebih halus
Memasuki jalur bebas hambatan, putaran mesinnya bisa di bawah 2.000 rpm dalam kecepatan konstan, cukup baik untuk kendaraan keluarga.
Tapi, impresinya berubah saat redaksi mulai menginjak habis pedal gas alis kick down. Tarikan mesin terasa sedikit berat yang membuat laju Xpander terkesan tak sesigap atau responsif pada putaran bawah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.