Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjadi Lagi Mobil Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Minim Empati

Kompas.com - 29/01/2022, 12:01 WIB
Arif Nugrahadi,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjadi lagi insiden mobil pribadi menghalangi laju ambulans yang sedang membawa pasien untuk melakukan cuci darah di Jalan Raya Kampung Melayu TelukNaga, Tangerang.

Meski insiden serupa kerap diunggah ke media sosial hingga menjadi viral, rupanya tak membuat pengemudi kendaraan pribadi jera. Padahal, ambulans adalah salah satu kendaraan yang diprioritaskan.

Baca juga: Hentikan Debt Collector, Polisi Bergelantung dan Terseret Mobil hingga 1 Kilometer

Video tersebut diunggah oleh akun instagram @abouttngid pada Sabtu (29/1/2022).

Dalam video tersebut terlihat ambulans yang membawa pasien yang akan melakukan cuci darah di RSUP Dr. Sutanal, Neglasari, Kota Tangerang, dihalangi oleh mobil Karimun Wagon R hitam dengan nopol B 1905 PYG.

Mobil hitam tersebut terus melaju di lajur tersebut dengan kecepatan tinggi dan tidak mau memberi jalan bagi ambulans di belakangnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by About Tangerang ID (@abouttngid)

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, hal ini bisa terus terjadi karena minimnya empati pengemudi mobil dan lemahnya pengetahuan tentang pentingnya kesadaran memberikan prioritas bagi ambulans.

“Secara umum ini kan pengetahuan dasar sekali, pengemudi wajib memberi ruang untuk ambulans lewat,” ucap Sony kepada Kompas.com belum lama ini.

Baca juga: Mobil Hyundai Creta yang Alami Kecelakaan Akan Diganti Baru

Sony melanjutkan, pengemudi mobil harus memikirkan dampak dari menghalangi ambulans yang butuh prioritas saat membawa pasien.

“Risiko terburuk adalah semakin parah sampai dengan hilang nyawa pasien yang berada dalam ambulans tersebut. Selain itu, kalau pengemudi ambulans hilang kontrol, maka yang terjadi adalah kecelakaan akibat kelakuan pelaku yang berujung akan berurusan dengan hukum akibat kelakuannya,” kata dia.

Maka dari itu, Sony menegaskan, selain harus memiliki empati, pengemudi juga harus bertanggung jawab terhadap keselamatan diri dan pengguna jalan lainnya.

Tangkapan layar video viral mobil dinas pelat merah diduga mengadang ambulans pembawa korban kecelakaan lalu lintas di Klaten, Jawa Tengah.istimewa Tangkapan layar video viral mobil dinas pelat merah diduga mengadang ambulans pembawa korban kecelakaan lalu lintas di Klaten, Jawa Tengah.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, daftar kendaraan yang diprioritaskan diatur dalam Pasal 134. Daftar ini diurutkan sesuai dengan peringkat urgensinya. Ambulans sendiri menempati urutan kedua.

Baca juga: Mobil Listrik Toyota bZ4X Siap Masuk Indonesia

Pasal 134 menjelaskan bahwa pengguna jalan yang memperoleh hak utama didahulukan sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan, berikut urutannya:

1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas.
2. Ambulans yang mengangkut orang sakit.
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas. 4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia.
5. Kendaraam pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara.
6. Iring-iringan pengantar jenazah.
7. Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sementara itu, menurut Pasal 135, kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan bunyi sirene.

Jadi, ambulans harus didahulukan sebelum kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas dan setelah kendaraan pemadam kebakaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com