Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Lebih Awet, Jangan Cuek dengan Kerikil yang Menempel di Ban

Kompas.com - 26/09/2021, 14:21 WIB
Arif Nugrahadi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan perawatan terhadap komponen mobil merupakan salah satu upaya pemilik mobil agar komponen tersebut lebih awet dan tahan lama. Dibutuhkan perawatan secara berkala guna menjaga kondisinya agar tetap prima dan dapat berfungsi dengan optimal.

Salah satu komponen mobil yang perlu dioerhatikan yakni ban mobil. Komponen ini merupakan bagian vital dari mobil yang menunjang kenyamanan serta keselamatan berkendara.

Baca juga: Jadi Rekan Setim, Dovizioso Sadar pada Perubahan Sifat Rossi

Saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu, Zulpata Zainal, On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk menjelaskan mengenai beberapa hal yang harus dilakukan pemilik mobil saat merawat ban mobilnya.

“Cek rutin kerusakan ban, misalkan ada bagian yang sobek. Kemudian periksa juga benda-benda kecil seperti batu yang menempel pada telapak ban, sebisa mungkin agar dibersihkan,” kata Zulpata.

Ilustrasi batu kerikil di alur ban Ilustrasi batu kerikil di alur ban

Seiring penggunaannya, terutama jika digunakan di jalan yang berbatu kerap ditemukan benda-benda kecil seperti batu kerikil yang menempel pada sela-sela alur kembangan ban.

Meskipun sepele, benda asing yang menempel di sela ban dapat membuat ban menjadi rusak. Maka dari itu perlu dibersihkan.

Baca juga: Kucing Menyebrang di Tol, Tabrak atau Rem Mendadak?

Training Development, Section Head PT Astra Daihatsu Motor, Aji Prima Barus Nurcahya juga mengatakan, untuk perawatan ban mobil pemilik harus menjaga kondisi ban.

"Sederhananya, periksa tekanan angin secara berkala paling tidak satu minggu sekali. Jaga tekanan angin sesuai spesifikasi kendaraan," kata Aji.

Berikutnya cek kualitas fisik ban apakah ada keretakan, selipan benda asing, dan kondisi alur ban (aus atau tidak), apalagi jika terjadi retak samping.

Ilustrasi tekanan angin banKOMPAS.com/Ruly Ilustrasi tekanan angin ban

"Apabila terjadi keretakan pada tapak ban, mungkin sudah tidak aman digunakan. Apalagi keretakannya bagian samping ban, itu kendaraan tersebut sangat berbahaya," ucap Aji.

Aji menambahkan, jika ban sudah mengalami bocor di bagian samping atau dinding ban, pemilik kendaraan harus langsung mengganti ban dengan yang baru. Jika dipaksakan, dikhawatirkan ban akan pecah dan menimbulkan kecelakaan.

Baca juga: Asal Muasal Valentino Rossi Dijuluki The Doctor

Kemudian cek kondisi kedalaman alur ban dengan menggunakan alat ukur atau dapat melihat tread wear indicator (TWI).

"Ketika keausan sudah rata dengan TWI, artinya tidak sampai botak, maka ban tersebut sudah maksimal keausannya. TWI ini adalah 1,6 mm dari permukaan bawah ban. Ketika sudah sejajar dengan TWI ban segera diganti," saran Aji.

Ilustrasi ban flat spotcowest.net Ilustrasi ban flat spot

Berikutnya, cegah flat spot pada ban dengan cara menjalankan mobil paling tidak seminggu sekali meski jarang digunakan. Sehingga, ban berputar dan terjadi vibrasi.

"Jaga tekanan angin, jangan sampai kurang. Apabila sudah jarang digunakan, ban kempis maka flat spot mudah terbentuk," katanya.

Baca juga: Bus Patas Akas Mila Sejahtera, Uji Coba Rute Banyuwangi-Yogyakarta

Terakhir, lakukan rotasi ban secara rutin supaya tingkat keausan semua ban merata, termasuk ban serep. Biasanya, hal tersebut dilakukan saat servis 10.000 kilometer di bengkel resmi.

"Terakhir menjaga geometri ban karena seiring pemakaian akan berubah dan bila dibiarkan mengganggu kenyamanan. Caranya lewat spooring dan " ucap Aji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com