Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2021, 18:11 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya memberantas travel gelap yang makin merjalela di tengah pandemi Covid-19, diakui tidak mudah. Selain karena menggunakan pelat hitam, di balik operasinya ada dukungan dari oknum aparat.

Hal ini kembali ramai dibicarakan ketika muncul kabar, mobil yang digunakan sebagai armada travel gelap memiliki stiker khusus bertuliskan Sinergitas TNI Polri dan Dishub Nusantara, khususnya untuk wilayah yang masuk ke Jabodetabek.

Pengamat trasnportasi Djoko Setijowarno mengatakan, stiker tersebut menempel di kaca belakang angkutan umum pelat hitam. Pemasangan bertujuan sebagai jaminan untuk meloloskan diri dari pengecekan dan penyekatan di saat pandemi.

Baca juga: Kabar Travel Gelap Gunakan Stiker Sinergitas TNI-Polri dan Dishub

"Seolah-olah institusi TNI, POLRI, dan Dinas Perhubungan berkolaborasi untuk melakukan permufakan jahat. Pemasangan stiker ini merupakan pelecehan terhadap institusi negara, harys ada tindakan dari aparat penegak hukum," kata Djoko dalam keterangan resminya, Sabtu (7/8/2021).

Modus

Menurut Djoko, keberadaan angkutan pedesaan sebagai penghubung antar desa dengan Terminal Tipe A sudah mulai banyak yang punah. Kemudian digantikan angkutan ojek pangkalan dengan tarif yang tinggi.

Beredar stiker Sinergitas TNI Polri dan Dishub Nusantara untuk Travel GelapDjoko Setijowarno Beredar stiker Sinergitas TNI Polri dan Dishub Nusantara untuk Travel Gelap

Kondisi tersebut menjadi celah hadirnya travel gelap yang menggunakan mobil pribadi. Hal ini lantaran dianggap memudahkan masyarakat mendapatkan layanan transportasi, apalagi dengan metode door to door mengantarkan penumpang sampai tujuan.

Berdasarkan investigasi yang dilakukan, Djoko mengatakan, untuk penumpang asal Jawa Tengah, lokasi perjalanan dari Brebes, Banyumas, Grobogan, Tegal, Wonosobo, dan Banjarnegara. Para penumpang dijemput sesuai titik share location yang diberikan ke agen.

"Tarif hari normal Rp 250.000 dan akhir pekan Rp 300.000-Rp 350.000. Ramainya penumpang di hari Jumat dan Minggu, dijemput sesuai dengan titik share location yang diberikan kepada agen. Jam keberangkatan kisaran pukul 16.00 WIB – 19.00 WIB," kata Djoko.

Baca juga: Dilema Berantas Angkutan Umum Ilegal, Banyak Backing Aparat

Walau lebih mahal dari transportasi resmi, namun dikarenakan ada kemudahan dalam hal pembayaran yang bisa dilakukan ketika tiba ditujuan, penumpang tetap tertarik. Bahkan diklaim ada promo gratis satu penumpang bila naik rombongan 6-7 orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com