"Kalau motor-motor limited, ketika dicari susah, secondary market-nya jadi lebih tinggi. Kalau di luar sana, memang tidak terbatas. Tapi, yang masuk ke sini memang tidak banyak. Akhirnya, jadi terbatas dari sisi jumlah," kata Dafi.
Menurutnya, Super Cub C125 di Jepang juga termasuk limited modelnya. Tapi, karena harganya lebih murah dan pembelinya tidak dibatasi, akhirnya bisa banyak juga jumlahnya.
"Sekarang, siapa sih yang mau beli motor bebek yang hanya punya 4-percepatan, dengan mesin hanya 125 cc, dan harga Rp 60 jutaan. Dari harganya pun, sehingga membuat orang jadi terbatas juga yang mau memiliki, hanya orang-orang tertentu," ujar Dafi.
Dafi mengatakan, yang pasti Super Cub C125 bukan motor pertama bagi pemiliknya, bisa motor ketiga, keempat, atau motor kelima mereka. Jarang sekali juga motor ini jadi motor keduanya.
"Dari beberapa teman-teman di komunitas, ini bisa jadi motor kelima atau keenamnya, karena memang collectible motornya. Punya saya saja tidak lebih dari 200 km, padahal saya sudah punya motor ini dua tahun," kata Dafi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.