Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melintas di Tol Layang Japek II

Kompas.com - 03/11/2020, 10:12 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Jasa Marga Tbk dalam waktu dekat ini akan menerapkan tarif di jalan tol layang Jakarta-Cikampek (Japek) II.

Besaran tarif yang akan dikenakan bagi pengemudi yang melintas di jalan tol sepanjang 36,4 kilometer tersebut, yakni Rp 20.000.

Belum dipastikan kapan tarif itu akan diberlakukan, mengingat saat ini mengenai rencana tersebut masih dalam pembasahan yang melibatkan dua gubernur, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Tetapi, sebelum berkendara di jalan tol layang terpanjang di Indonesia tersebut sebaiknya perlu mengetahui beberapa hal berikut.

Baca juga: Blokir STNK yang Mati 2 Tahun Segera Diberlakukan

Ilustrasi berkendara saat ngantuk dan lelahhuffingtonpost.com Ilustrasi berkendara saat ngantuk dan lelah

1. Pengendara cepat merasa lelah

Seperti diketahui konstruksi jalan tol layang Japek II berbeda dengan jalan bebas hambatan pada umumnya.

Jalan tol elevated II ini berada pada ketinggian 12 meter dengan panjang mencapai 36,4 kilometer.

Kondisi ini bisa saja membuat pengemudi yang melintas mengalami sindrom Highway Hypnosis. Yaitu di mana seorang pengendara akan merasa cepat merasa lelah dan jenuh.

Baca juga: Blokir STNK Segera Berlaku, Pelajari Regulasinya

Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, tol layang Japek II ini sifatnya lurus dan monoton.

"Sehingga pengemudi mendapat tekanan, membuatnya menjadi lebih cepat lelah. Padahal, bisa jadi waktu yang ditempuh lebih singkat," ujar Jusri kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Dengan kondisi tersebut, Jusri melanjutkan, pengendara berpotensi hilang konsentrasi secara berangsur dan micro sleeping. Pada kondisi ini, pengendara akan menghentikan kerja otaknya untuk beraktivitas dalam beberapa detik.

Baca juga: STNK Mati 2 Tahun Diblokir, Kendaraan Jadi Barang Rongsokan

"Bahayanya, hal tersebut membuat respons menjadi lambat. Ini sama saja pengendara sedang mengendalikan mobilnya dalam keadaan mabuk," ucapnya.

Untuk menghindari hal tersebut, Jusri menyarankan, agar pengemudi disiplin mematuhi aturan berkendara di jalan tol layang dan tidak memaksakan diri.

Jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek tampak sepi setelah ditutup pada kedua arah, Sabtu (2/5/2020). Penutupan Jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 selama masa mudik Idul Fitri 1441 H.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek tampak sepi setelah ditutup pada kedua arah, Sabtu (2/5/2020). Penutupan Jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 selama masa mudik Idul Fitri 1441 H.

2. Kecepatan angin

Konstruksi jalan tol layang yang berada di atas ketinggian membuat angin yang berembus berbeda dibandingkan dengan tol pada umumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com