Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Rusak Jalan, Truk ODOL Juga Merusak Kapal Penyeberangan

Kompas.com - 06/09/2020, 16:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Fenomena truk over dimension over loading (ODOL) memang masih ditemui di jalanan. Selain itu, beredarnya truk ODOL menimbulkan kerugian karena turut berkontribusi dalam merusak infrastruktur jalan.

Selain peredarannya yang merusak infrastruktur jalanan, truk ODOL juga merusak fasilitas penyeberangan seperti kapal. Diketahui truk-truk ODOL ini memang membawa muatan logistik yang harus dikirimkan ke berbagai pulau di Indonesia.

Namun adanya truk ODOL di kapal penyeberangan malah menimbulkan berbagai kerugian. Investigator Keselamatan Pelayaran KNKT, Renan Hafsar mengatakan, ada beberapa dampak yang disebabkan truk ODOL yang naik kapal penyeberangan.

Baca juga: Mulai Rp 300 Jutaan, Yaris Racikan Toyota Gazoo Racing Meluncur

Kondisi truk nyusep di Pelabuhan KayanganDokumen Warga Kondisi truk nyusep di Pelabuhan Kayangan

“Pertama yaitu dampak ODOL terhadap kemampuan gerak truk dan rampa kapal. Fase masuknya truk ODOL ke kapal membutuhkan tenaga ekstra, terkadang truk menjadi terdongak ke atas, jelas ini tidak safety,” kata Renan dalam sesi Kuliah Telegram di grup Indonesia Truckers Club belum lama ini.

Renan menambahkan, pada beberapa kasus, truk ODOL merusak kemampuan engsel dan sling rampa kapal, sehingga patah dan truk tercebur ke laut. Jika sudah seperti ini, dermaga akan ditutup selama minimal setengah hari karena proses pengangkatan truk.

“Kalau sudah terjadi, kapal gagal berangkat dan penumpang diturunkan kembali, truk juga harus diangkat untuk memastikan dasar perairan aman bagi kapal. Tentunya semua pihak akan dirugikan,” ucap Renan.

Baca juga: Meluncur Dua Hari Lagi, Ini Prediksi Harga Yaris Facelift

Kedua yaitu dampak ODOL terhadap penanganan kebakaran. Dengan adanya truk ODOL di geladak, mengatur jarak antar kendaraan dengan dinding kapal menjadi mustahil untuk dilakukan. Pergerakan orang di geladak kendaraan juga jadi sulit.

“Akibatnya ketika terjadi keadaan darurat, awak kapal selalu tidak dapat mencapai titik awal kebakaran. Selain itu, truk ODOL yang terlalu tinggi menyebabkan sprinkler tidak efektif bekerja,” kata dia.

Renan mengatakan, sudah terlalu banyak kecelakaan kebakaran yang ditangani KNKT karena faktor kegagalan pemadaman. Hal ini dikarenakan jarak kendaraan terlalu mepet dan sprinkler yang tidak dapat bekerja maksimal.

KM Bahari Indonesia yang terbakar Rabu (23/7/2020).Istimewa. KM Bahari Indonesia yang terbakar Rabu (23/7/2020).

Ketiga yaitu dampak ODOL terhadap stabilitas, truk ODOL yang muatannya tinggi daripada seharusnya ekan meningkatkan titik beratnya, sehingga mudah roboh saat truk miring atau oleng.

“Robohnya truk di atas kapal bisa mengganggu akses penumpang dan kendaraan karena muatan yang tumpah, sampai merusak kendaraan lain di sebelahnya. Lebih parah lagi kalau cukup banyak truk yang roboh, hal ini akan memengaruhi stabilitas kapal,” ucapnya.

“Ketika kapal diberikan kemiringan mendadak, kendaraan berat akan bergeser ke salah satu sisi. Sehingga momen oleng kapal lebih besar daripada momen pengembali, lalu kapal miring dan berlanjut tenggelam,” Renan melanjutkan.

Baca juga: STNK Hilang Tapi Motor Masih Kredit, Begini Cara Mengurusnya

Terakhir yaitu dampak ODOL terhadap konstruksi kapal dan dermaga. Konstruksi geladak kendaraan, rampa kapal dan rampa dermaga merupakan bagian yang sering menjadi korban truk ODOL. Truk ODOL memperpendek usia pakai ketiga komponen tersebut.

“Baja sebagai material dasar ketiga komponen tadi memiliki batas elastisitas. Ketika diberikan suatu gaya tekan melebihi batas elastisitas, baja akan terdeformasi. Ini yang menyebabkan pelat geladak kendaraan terlihat melengkung,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com