Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/07/2020, 18:11 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Jenis sasis bus yang beredar di Indonesia saat ini terdiri dari dua jenis, ladder frame dan juga modular. Namun pada awal tahun 2000, Karoseri Adi Putro bekerja sama dengan Karoseri Neoplan membuat bus dengan sasis monokok.

Keunikan dari sasis monokok ini yaitu bodi merangkap sekaligus rangka. Jadi beban bus menjadi lebih ringan. Berbeda dengan bus umumnya yang terdiri dari dua bagian, ladder frame dan modular sehingga jadi lebih berat.

Karena tidak memakai sasis, komponen penggerak dan kaki-kaki bus langsung dipasang ke bagian bodi bus. Bus monokok buatan Adi Putro pada waktu itu menggunakan mesin dan kaki-kaki dari Mercedes Benz OH 1521.

Baca juga: Mobil Bekas Rp 100 Juta ke Bawah Laris Manis

Bus NeoplanThe Valueable Experience Bus Neoplan

Selain itu, bus buatan Adi Putro dengan sasis monokok ini termasuk yang paling mewah pada zamannya, karena memakai suspensi udara. Keunggulan lainnya yaitu ruang kabin bisa lebih dimaksimalkan karena tidak ada besi sasis yang menghalangi.

Namun dibalik keunggulannya tadi, rangka bodi bus monokok lebih sulit untuk diperbaiki ketika terlibat kecelakaan. Kemudian saat ini juga sudah tidak dibuat lagi bus dengan sasis monokok untuk di Indonesia.

Baca juga: Diskon Khusus, Kawasaki Ninja dan KLX Dijual Cuma Rp 29,9 Juta

Selain bus monokok, ada juga karoseri Laksana dari Ungaran pernah membuat bus semi-monokok untuk ekspor ke Fiji. Berbeda dengan monokok, semi monokok memotong sasis ladder frame kemudian disambung dengan sistem monokok.

“Modelnya mirip dengan space frame, frame sasis di tengah kita potong, kemudian disambung dengan sistem monokok. Hal ini dilakukan agar bagasi lebih lapang,” ucap Werry, Export Manager Karoseri Laksana kepada Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com