Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Akibat Fatal Bonceng Anak di Jok Depan Motor

Kompas.com - 24/06/2020, 08:12 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang tua mengaku sayang pada anaknya, tapi secara tidak sadar menempatkan sang buah hati dalam posisi yang berbahaya. Salah satunya, ketika sedang berkendara, banyak yang membonceng anaknya di jok depan motor.

Di Indonesia, motor memang menjadi alat transportasi yang paling banyak digunakan. Sehingga, pemandangan orang yang membonceng anak kecil di jok depan motor sering kali dijumpai.

Baca juga: Ladies, Ini Cara Aman Bonceng Pakai Motor Sport

Berbagai alasan digunakan, mulai dari hanya sekadar pergi ke warung, jalan-jalan keliling komplek, atau tak ada pilihan lain. Padahal, akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal.

Pemudik motor mulai padati jalur Kalimalang menuju Bekasi, Kamis (22/6/2017)Otomania Pemudik motor mulai padati jalur Kalimalang menuju Bekasi, Kamis (22/6/2017)

Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan, menempatkan anak kecil di jok depan sangat tidak diperbolehkan dan dibenarkan dalam aspek keselamatan, apa pun jenis motor yang digunakan.

“Dalam konteks kecelakaan ini, membawa anak kecil dan ditaruh di depan adalah bentuk kelalaian fatal yang tidak dapat ditoleransi baik pada norma safety maupun legal hukum,” ujar Jusri, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Jusri menambahkan, pengendara yang ingin membonceng anak kecil harus ditempatkan di jok belakang. Dengan catatan, kaki sang anak sudah dapat menyentuh pijakan kaki dengan optimal.

Baca juga: Bahaya, Jangan Bonceng Anak Kecil di Jok Depan Motor

“Jika kedua kakinya belum bisa menyentuh pijakan kaki dengan optimal, maka tidak direkomendasikan. Sebab si anak akan rentan keseimbangannya dan hal ini tentu akan berbahaya bagi keselamatan,” kata Jusri.

Akibat fatal yang dihasilkan salah satunya adalah kejadian anak yang terpelanting dari motor. Sebab, anak tersebut tidak sengaja menarik tuas gas ketika diturunkan dari motor yang kondisi mesinnya masih menyala.

Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran. KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES Pemudik motor terjebak macet di jalur alternatif Karawang-Cikampek, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2014). Arus mudik ke kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur diperkirakan akan masih padat hingga H-1 Lebaran.

Kejadian tersebut tentu akan lebih parah jika di depannya terdapat kendaraan lain atau pejalan kaki. Tentunya akan merugikan pihak lain.

Sementara itu, Agus Sani, Head of Safety Riding Wahana, mengatakan, dalam bentuk apapun tidak pernah disarankan membonceng anak di depan, apalagi yang balita.

Bagian depan motor hanya diperuntukkan bagi pengendara, sementara boncengan hanya ada di bagian belakang.

"Membonceng anak di bagian depan memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi lantaran tidak ada pegangan yang proporsional bagi anak. Ketika pengendara melakukan pengereman mendadak, maka kemungkinan anak untuk terpelanting sangat besar. Belum lagi risiko lain seperti terbentur setang atau speedometer yang membuat kepala menjadi terluka," ujar Agus.

Agus menambahkan, berkendara itu melawan angin. Artinya, menaruh anak di depan sama saja menjadikan si anak sebagai tameng pelindung dari angin, binatang, debu dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com