JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak terkecuali ketika tengah berkendara. Pengetahuan yang minim akan serangan jantung bisa membuat kematian mendadak pada penderitanya.
Baca juga: Jangan Sembarangan Pasang Defogger, Bisa Berbahaya
Salah satu kasus serangan jantung pernah terjadi, adalah ketika seseorang tengah mengemudi.
Kondisi ini paling berbahaya, karena tidak hanya penderita penyakit jantung saja yang bisa kehilangan nyawa, tetapi orang-orang yang berada di sekitar bisa terimbas.
Bayangkan, laju mobil yang dalam kecepatan tinggi bisa hilang kendali dan menabrak apa saja di depannya.
Menurut Dr. Antonia Lukito SpJp, ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab serangan jantung.
"Pertama adalah faktor risiko, yaitu darah tinggi, kolesterol, kencing manis, keturunan dan lainnya. Kedua faktor pemicu, ini bukan sebagai penyebab serangan jantung. Faktor pemicu hanya kondisi yang memicu apa yang sudah ada sebelumnya, contoh aktifitas fisik berat, kondisi lelah atau emosi," ujar Antonia kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (18/02/2020).
Kebanyakan masyarakat saat ini memang tidak mengetahui atau kurang menyadari akan kondisi kesehatannya, sehingga ketika ada pemicu maka bisa terjadi serangan jantung yang bisa berakibat fatal.
Baca juga: Pengalaman Selamat dari Serangan Jantung Ketika Mengemudi
Antonia mengatakan, 65 persen dari laki-laki mengalami gejala serangan jantung yang mendadak, sedangkah 35 persen masih mengalami gejala terlebih dahulu sehingga masih bisa ditolong.
Sony Susmana selaku Training Director Safety Defensive Consultant turut angkat bicara, ia memberikan beberapa tips untuk mengurangi risiko terjadi serangan jantung ketika mengemudi.
“Istirahat sangat penting untuk menjaga stamina dalam beraktivitas. Sebuah mesin saja jika tidak pernah dimatikan pasti akan cepat rusak, apalagi tubuh manusia yang harus fokus mengemudikan sebuah mesin atau kendaraan,” ujar Sony kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (18/02/2020)
Baca juga: Pengemudi Wanita, Jangan Panik Ketika Mengalami Hal Ini
Istirahat dan tidur yang baik untuk tubuh minimal 6 jam, Sony menegaskan bagi pengemudi yang sering berkendara harus beristirahat setiap 3 jam sekali, apalagi sedang melakukan perjalanan luar kota.
Kemudian, ketika ingin beraktivitas harus disesuaikan dengan siklus tubuh manusia, “Waktu yang tepat bagi tubuh beraktifitas termasuk mengemudi itu pagi hingga sore. Maka saat malam hari adalah waktunya tubuh untuk beristirahat. Ketika hal ini tidak dilakukan pasti akan ada konsekuensi kesehatan yang harus ditanggung,” ujar Sony
Terakhir, hal sepele yang sering diabaikan oleh pengendara, yaitu mengemudi secara agresif dan emosi.
“Semakin kencang dan agresif saat mengemudi, maka akan semakin tinggi adrenaline. Artinya semakin cepat irama jantung bekerja,” kata Sony.
Cukup berusaha setenang mungkin saat berkendara, jangan mudah emosi ketika menemukan hal yang menyebalkan di jalan, karena emosi yang berlebihan bisa menjadi pemicu serangan jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.