Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Transmisi DCT Kia Seltos, Benarkah Sering Bermasalah?

Kompas.com - 02/02/2020, 15:42 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kia Seltos resmi dipasarkan dengan mesin 1.400 cc turbo di Indonesia. Tenaga yang dihasilkan dari mesin tersebut, ditransfer melalui transmisi dual clutch transmission (DCT) tujuh percepatan.

Perlu diketahui, transmisi kopling ganda ini berbeda dengan jenis matik konvensional atau pun continuously variable transmission (CVT).

Namun demikian, DCT bukan jenis baru, pasalnya beberapa merek mobil Eropa dan Amerika Serikat juga cukup banyak yang sudah menggunakannya.

Namun beberapa mobil dengan transmisi DCT yang dulu sempat hadir di Indonesia dikenal memiliki banyak masalah. Paling sering adalah soal temperatur yang gampang panas akibat pemakaian serta cuaca iklim di Indonesia.

Baca juga: Transmisi DCT Mudah Panas, Kia Sebut Seltos Tak Ada Masalah

Hal ini pun ditanggapi oleh Harry Yanto selaku Product Planning PT Kreta Indo Artha (KIA). Dia menjelaskan bila DCT memiliki cara kerja yang berbeda karena masih tetap menggunakan kopling.

Temperatur transmisi pada Kia SeltosStanly-Kompas.com Temperatur transmisi pada Kia Seltos

Masalah isu panas pada transmisi kopling ganda yang sebelumnya kerap terjadi, dianggap Harry lantaran saat itu masih minim soal edukasi dan cara pemakaian yang salah.

"Dulu memang menjadi masalah, tapi karena saat itu konsumen yang kurang paham teknologi dan cara pemakaiannya. Jadi saat digunakan jalan menanjak curam dan kebiasan lain yang buruk, temperatur transmisinya itu bisa panas," kata Harry dalam sesi media test drive di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jumat, (31/1/2020).

Menyikapi hal tersebut, pakar transmisi matik Hermas Efendi Prabowo dari Worner Matic, juga ikut angkat bicara.

Menurut Hermas, dari segi strukutr dan cara kerja, transmisi DCT memang berbeda, bahkan banyak yang menyebut jenis transmisi tersebut adalah transmisi manual yang diotomatiskan.

"Secara konstruksi DCT mirip dengan manual, model gir-girnya, model garpunya, namun kerja kopling digantikan dengan sistem elektrik. Dengan demikain, sehingga presisi dan timing dari itu sangat menentukan halus tidaknya perpindahan gigi, kemudian daya tahan dari sistem elektrik juga mempengaruhi usia pakai dari DCT," kata Hermas kepada Kompas.com, Minggu (2/2/2020).

Dual CLutchyoutube.com Dual CLutch

Baca juga: Bahaya Oli Rembes pada Mobil Transmisi Matik

Menanyakan soal isu transmisi kopling ganda yang mudah panas atau bermasalah, Hermas hanya mengatakan pada dasarnya memang ada ketergantungan dari perawatan dan kondisi iklim di suatu negara, namun bukan berarti transmisi DCT itu lebih sensitif.

Menurut Hermas, hal paling utama bagi agen pemegang merek (APM) yang memasarkan mobil dengan transmisi DCT adalah harus siap dengan sparepart pendukungnya.

Karena bila berkaca pada kejadian-kejadian yang lalu, masalah ketersediaan suku cadang yang menjadi yang krusial.

"Tidak bisa dibilang paling sensitif juga, karena pada dasarnya semua transmisi matik rata-rata basisnya elektrik semua. Pengaruhnya itu banyak, bisa dari suhu, contoh malas mengurus kendaraan yang bikin suhu mobil mudah tinggi sehingga merusak komponen elektronik di dalamnya," ucap Hermas.

Wuling Almaz dilengkapi dengan transmisi CVT 8 percepatanwuling motors Wuling Almaz dilengkapi dengan transmisi CVT 8 percepatan

Hermas mengatakan suhu transmisi matik umumnya bisa tinggi ketika mobil digunakan dalam kondisi jalan terjal, seperti terus-menerus melaju di jalan yang menanjak.

Namun bila hanya diajak macet-macetan saja, hal tersebut harusnya tidak bermasalah karena tidak memproduksi panas yang berlebihan, tapi bila memang saat digunakan harian lalu bermasalah, ada kemungkinan besar juga karena faktor kendaraan yang kurang perawatan.

Baca juga: Ganggu Kinerja Transmisi, Ini Dua Penyebab Oli Matik Berkurang

"Dual clutch itu transmisi yang sebetulnya berbasis kopling kering dan ada di luar bukan dalam. Iklim dan cuaca di Indonesia memang mempengaruhi, tapi yang puling utama bagimana APM menyediakan kebutuhan sparepart transmisi DCT yang sebanyak-banyaknya dan mudah untuk diakses, bukan hanya tersedia di bengkel resmi saja tapi juga umum karena dengan begitu konsumen mudah mendapatkannya dan terjadi kompetisi harga," ujar Hermas.

Ilustrasi transmisi dual clutchDaimler AG, press department Ilustrasi transmisi dual clutch

"Kenapa dulu DCT dianggap punya penyakit, salah satunya karena ketersedian suku cadang dan harga yang mahal. Pada intinya tidak ada transmisi yang tidak bisa dibetulin, hanya saja ketika itu harga suku cadangnya sudah melebih harga psikologi konsumen Indonesia, jadi yang dijauhi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com