Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rotasi Ban Mobil Jangan Sembarangan, Ini Aturannya

Kompas.com - 24/01/2020, 11:18 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Melakukan rotasi ban mobil memang diperlukan untuk memastikan usia keempat ban bisa habis secara bersamaan. Tapi terkadang, banyak pemilik mobil yang kurang memperhatikan masalah ini.

Banyak yang beranggapan bahwa empat ban akan habis secara bersamaan. Mengingat, dipasang dan dibeli secara bersamaan.

Akan tetapi karena perbedaan posisi ban, dimungkinkan tingkat keausan juga akan berbeda. Selain itu, rotasi ban ini juga untuk memastikan keamanan dan kenyamanan saat berkendara.

Head of Specialist Spooring and Balancing Surya Aneka Ban Benny mengatakan, melakukan rotasi ban mobil adalah hal penting, baik untuk mobil sistem penggerak roda depan, belakang, atau keempatnya (4WD).

Benny juga menyarankan agar rotasi ban ini dilakukan antara 5.000 km sampai 10.000 kilometer.

Baca juga: Kiper MU Kecelakaan saat Nyetir Lamborghini, Ini Bahaya Tersembunyi dari Supercar

“Rotasi ban bisa dilakukan setiap 10.000 km atau jika sering digunakan dengan kecepatan tinggi bisa melakukan rotasi setiap 5.000 km,” kata Benny kepada Kompas.com belum lama ini.

Tipe kembangan ban mobil jenis basic patter atau dasar. model ini bisa dirotasi dari kiri ke kanan maupun depan ke belakang.PT Gajah Tunggal Tipe kembangan ban mobil jenis basic patter atau dasar. model ini bisa dirotasi dari kiri ke kanan maupun depan ke belakang.

Benny menambahkan, rotasi ban dilakukan agar keseimbangan level keausan empat ban tetap terjaga. Jangan sampai kembangan ban jadi belang sebelah.

Hal ini berpengaruh pada keamanan dan kenyamanan berkendara. Akan tetapi, untuk melakukan rotasi ban juga tidak bisa dilakukan sembarangan. Mengingat, setiap ban mempunyai tipe sendiri-sendiri.

Maka dari itu pemilik mobil juga harus memperhatikan tipe kembangan ban sebelum melakukan rotasi. Hal ini karena berbeda tipe ban maka berbeda pula cara merotasinya.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh On Vehicle Test PT Gajah Tunggal Tbk, Zulpata Zainal.

Baca juga: Berkaca Kecelakaan Bus di Subang, Kemenhub Siapkan Pelatihan untuk Sopir

Dia menjelaskan setidaknya ada tiga tipe kembangan ban yang selama ini dijual di pasaran. Yang pertama adalah kembangan dasar, basic pattern atau bi direction atau konvensional.

“Untuk ban dengan kembangan ini rotasinya bisa sembarang, bisa dari kiri ke kanan, depan belakang dan sebaliknya. Dan untuk rotasinya tidak perlu melihat arah pattern ban,” ujarnya.

Jenis kembangan asymmetric pattern atau pattern yakni kembangan bagian dalam dan luar berbeda. sehingga, untuk rotasi hanya bisa dilakukan dari depan ke belakang atau pun sebaliknya.PT Gajah Tunggal Jenis kembangan asymmetric pattern atau pattern yakni kembangan bagian dalam dan luar berbeda. sehingga, untuk rotasi hanya bisa dilakukan dari depan ke belakang atau pun sebaliknya.

Model kedua, Zulpata melanjutkan adalah kembangan one direction atau kadang disebut direction saja. Untuk jenis kembangan ini rotasi ban hanya bisa dari belakang ke depan saja dan sebaliknya.

“Jenis kembangan ban ini tidak bisa dari kanan ke kiri atau dari kiri ke kanan, pada dinding samping ban ada arah panah putarannya,” ucapnya.

Jenis kembangan ban yang ketiga adalah asymmetric pattern atau pattern. Kembangan jenis ini di bagian telapak bagian dalam dan bagian luar beda.

Sehingga, untuk rotasinya dari depan ke belakang atau sebaliknya serta kiri ke kanan atau kanan kekiri bisa, pada dinding samping ban tertulis outer-inner.

Baca juga: Kecelakaan Bus di Subang, Operator Belum Kantongi Izin Operasional

“Kalau rotasi ban model kedua dan ketiga tidak sesuai, salah satu kemampuan pada ban akan berkurang. Misal noise, daya cengkram, daya pengereman, cengkraman di jalan kering atau basah,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com