Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPOMI Tagih Janji Pemerintah Buka Sekolah Pengemudi Angkutan Umum

Kompas.com - 20/01/2020, 16:32 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang melibatkan bus atau angkutan umum terjadi hampir setiap hari. Kurangnya kompetensi dari pengemudi atau sopir dinilai sebagai faktor terbesar terjadinya kecelakaan.

Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum IPOMI (Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia) mengatakan, saat ini sulit mencari sopir yang kompeten. Dilema yang ditemuinya sekarang, terkadang sopir yang pengalamannya cukup tapi sifatnya kurang baik.

Baca juga: Deretan Kecelakaan Bus Maut, Korban Tewas Puluhan Orang

"Sampai hari ini, SPAU (Sekolah Pengemudi Angkutan Umum) hanya menjadi cita-cita belaka pemerintah Indonesia," ujar Kurnia, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Kecelakaan bus Rukun Sayur dengan nomor polisi AD 1523 CF di kilometer 202 Tol Palimanan - Kanci, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/7/2015). Sebanyak 11 orang meninggal dunia dalam kecelakaan ini.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Kecelakaan bus Rukun Sayur dengan nomor polisi AD 1523 CF di kilometer 202 Tol Palimanan - Kanci, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (14/7/2015). Sebanyak 11 orang meninggal dunia dalam kecelakaan ini.

Kurnia menambahkan, pihaknya akhirnya harus melakukan training di internal dengan metode pengemudi junior didampingi sopir senior. Pelatihannya bukan hanya untuk mendidik kemampuannya, tapi juga mentalnya.

"Kalau tidak salah, tahun 2005 itu dimulai wacana pendirian SPAU. Pencetusnya kala itu DPP Organda, almarhum Rudy Tehamiharja," kata Kurnia.

Baca juga: Bus Pariwisata yang Rengut 8 Nyawa di Subang, Hasil Modifikasi

Namun, pergantian kepengurusan di dalam DPP Organda diyakini sebagai penyebab tidak berjalannya pembangunan SPAU.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com