Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popularitas Bebek Makin Surut, Hampir Disusul Motor Sport

Kompas.com - 08/11/2019, 08:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perlambatan pasar sepeda motor di Indonesia jelang akhir tahun sedikit banyak dipengaruhi oleh menyusutnya popularitas motor jenis underbone alias bebek.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sepanjang September 2019 penjualan motor bebek mengalami penurunan tertinggi yakni 14,8 persen dibanding bulan sebelumnya, atau menjadi 33.747 unit.

Sementara segmen motor sport, pada periode sama, mampu mencapai penjualan sebesar 33.534 unit, atau turun 9,7 persen dibanding bulan sebelumnya.

Baca juga: Penjualan Sepeda Motor Mulai Melambat, AISI Waspada

Catatan tersebut membuat pangsa pasar motor bebek dan sport sama-sama berada di level 6,6 persen. Sedangkan segmen skutik masih mendominasi hingga 88 persen dari total pasar roda dua di tanah air.

Salah satu pabrik Honda di Vietnam.www.vov.vn Salah satu pabrik Honda di Vietnam.

Padahal, selama semester pertama, pangsa pasar motor sport hanya mampu mencapai 5 persen saja. Sementara motor bebek di level 7 persenan.

"Skutik mengalami pertumbuhan baik secara bulanan, maupun tahunan. Saat ini penjualannya terjaga di 500.000 unit tiap bulan," ujar Ketua Bidang Komersil AISI Sigit Kumala, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

"Saat ini skutik jadi pilihan utama, terlebih jika ingin digunakan harian. Pilihannya juga beragam, mungkin itu (alasan penjualan motor bebek semakin menurun). Meski demikian, semua segmen masih berkembang,," kata dia.

Baca juga: Harga Motor Bebek November 2019 Masih Stabil

Motor skutik besar di pasar motor bekasKompas.com/Setyo Adi Motor skutik besar di pasar motor bekas

Adapun total pasar roda dua selama Januari-September ialah 4.919.651 unit, atau naik 4,2 persen secara tahunan. Namun pertumbuhan di bulan kesembilan tidak begitu besar, yaitu hanya 2,1 persen saja.

"Saat ini kita patut waspada karena mulai ada tanda-tanda perlambatan. Mungkin dampak gejolak pasar mulai terasa. Selama semester pertama itu pertumbuhannya mencapai 7 persen, sedangkan saat ini hanya 4,2 persen," ujar Sigit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau