Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Tol Cipularang, Indonesia Darurat Supir Truk Berpengalaman

Kompas.com - 03/09/2019, 11:39 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman pernah menyebutkan bahwa Indonesia sekarang ini kekurangan supir truk berkualifikasi, karena tidak adanya regenerasi. Hal ini memberikan dampak pada yang lainnya, termasuk keselamatan berkendara.

Belum lama ini, terjadi kecelakaan beruntun di ruas jalan Tol Cipularang. Kecelakaan mau ini melibatkan 21 kendaraan dan merenggut delapan korban jiwa. Saat ini, sedang dilakukan oleh TKP oleh pihak yang berwenang.

Baca juga: Kecelakaan Tol Cipularang, Ingat Pentingnya Jaga Jarak Aman

Namun, beberapa saksi menyebutkan bahwa kecelakaan beruntun ini diakibatkan kecelakaan tunggal. Saat terjadi kemacetan, sebuah truk menghantam barisan kendaraan tersebut.

Kecelakaan beruntun di Cipularang, Jawa Barat Kecelakaan beruntun di Cipularang, Jawa Barat

Penyebab dari kecelakaan tersebut bisa saja karena faktor dari si pengemudi truk yang belum berpengalaman.

Kyatmaja menjelaskan, untuk menjadi seorang supir truk tidak ada sekolahnya. Jadi, seseorang menjadi supir truk itu biasanya karena terpaksa atau dorongan dari faktor ekonomi.

Baca juga: Aptrindo Keluhkan Sedikitnya Regenerasi Sopir Truk

"Jadi supir truk itu butuh lima tahun sampai dapat SIM B2 untuk mengemudikan kendaraan besar. Kemudian, dulu itu supir truk adalah alumni kernet," ujar Kyatmaja, ketika dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Suasana sejumlah kendaraan yang terlibat pada kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92 Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Kecelakaan tersebut melibatkan sekitar 20 kendaraan yang mengakibatkan korban 25 orang luka ringan, empat orang luka berat dan delapan orang meninggal dunia.ANTARA FOTO/MUHAMAD IBNU CHAZAR Suasana sejumlah kendaraan yang terlibat pada kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92 Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). Kecelakaan tersebut melibatkan sekitar 20 kendaraan yang mengakibatkan korban 25 orang luka ringan, empat orang luka berat dan delapan orang meninggal dunia.

Kyatmaja menceritakan apa yang didapatnya dari Menteri Tenaga Kerja, bahwa ada pengusaha nikel di Manokwari yang mencari tenaga kerja supir truk.

"Pertama kali dibuka itu dibutuhkan 80 supir dengan persyaratan SIM B2 Umum. Tapi yang daftar hanya sembilan orang. Akhirnya, diturunkan lagi kualifikasinya menjadi SIM B1. Tetap saja yang daftar hanya sembilan orang. Akhirnya dibebaskanlah sama pemilik tambang. Barulah pada daftar semua, tapi tingkat kecelakaannya menjadi tinggi," kata Kyatmaja.

Baca juga: Tol Cipularang Rawan Kecelakaan, Antara Kondisi Jalan dan Mistis

Kronologi awal

Berdasarkan laporan kronologi terakhir yang disitat dari Kompas Regional, Dirgakkum Korlantas Mabes Polri Brigjen Pol Pujiyono Dulrachman, menjelaskan bila insiden tersebut awalnya terjadi karena ada kecelakaan tunggal yang dialami dump truck.

Kondisinya, ada empat kendaraan yang tengah mengantre proses evakuasi truk tersebut.

Lalu tiba-tiba ada sebuah dump truck bermuatan tanah lain dari arah belakang yang hilang kendali karena rem blong. Truk tersebut langsung menabrak empat kendaraan sebelumnya.

Tepat di belakang truk yang hilang kendali tersebut, ada 15 kendaran lain yang otomatis ikut terlibat dalam insiden maut, hingga akhirnya menyebakan kecelakaan beruntun.

Empat kendaraan diinformasikan langsung terbakar akibat kejadian tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com