Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Tahu Sasis Monokok, dan Apa Plus-Minusnya?

Kompas.com - 11/11/2018, 07:52 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sasis monokok jadi salah satu pilihan produsen mobil, dalam membangun struktur kendaraan mereka. Istilah ini sendiri diambil dari bahasa Perancis monocoque, yang maknanya "kulit keras tunggal" atau rangka tunggal.

Artinya, antara sasis dan bodi kendaraannya menyatu, dimana bodi kendaraan juga turut berfungsi sebagai sasis. Pertama kalinya, sasis model seperti ini diperkenalkan pada tahun 1923 yang digunakan di mobil Lancia Lambda.

Kemudian Citroen dan Chrysler, pada 1934 juga ikut menggunakan konstruksi tipe monokok. Belakangan, model sasis monokok ini memang sedang jadi tren, dan banyak digunakan pada mobil penumpang.

Apabila berbicara soal kelebihannya, menurut Didi Ahadi, Techical Support Toyota Astra Motor (TAM), sasis ini punya bobot yang ringan. Ini menjadi keuntungan sendiri, ketika pabrikan ingin mengejar efisiensi bahan bakar.

Baca juga: Sasis Mobil Rusak, Lebih Baik Ganti Baru atau Diperbaiki?

Mobil Lancia Lambda tahun 1923WIKIPEDIA Mobil Lancia Lambda tahun 1923

Kemudian Nurrahman Adi Saputra, Kepala Bengkel Auto2000 Lampung Raden Intan menyebut, keuntungan lainnya adalah, ruang kabin yang bisa lebih dimaksimalkan, sehingga bisa makin lega.

Selanjutnya sebagai tambahan referensi dari Buntarto dalam bukunya mengenai “Pengenalan Bodi Otomotif”, mobil punya bantingan lebih lembut bila menggunakan bodi monokok, dibanding jenis lainnya.

Sedangkan poin minusnya, bila menyarikan dari tiga sumber tersebut yang pertama yaitu, bila terjadi tabrakan, akan sulit diperbaiki. Kemudian yang kedua, sensitif terhadap getaran yang ditimbulkan jalan.

Lalu terakhir, pabrikan mobil akan sulit melakukan facelift atau perombakan, karena harus mengubah bentuk rangka juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com