Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari Sama-sama Cegah Tabrakan Beruntun Saat Mudik

Kompas.com - 06/06/2018, 10:22 WIB
Alsadad Rudi,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

Rendahnya jarak pandang di jalan tol akibat asap tebal menyebabkan belasa mobil terlibat tabrakan beruntun di New Delhi, India.New York Post Rendahnya jarak pandang di jalan tol akibat asap tebal menyebabkan belasa mobil terlibat tabrakan beruntun di New Delhi, India.

PASURUAN, KOMPAS.com - Salah satu kecelakaan yang berpotensi terjadi saat musim mudik lebaran adalah tabrakan beruntun.

Hal ini tak lepas dari meningkatnya volume kendaraan yang melintas di jalur mudik.

Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menilai dalam kasus tabrakan beruntun, acapkali pengemudi yang sudah siap mengantisipasi tetap ikut terlibat kecelakaan karena ketidaksiapan pengemudi lain yang ada di belakangnya.

Atas dasar itu, pencegahan tabrakan beruntun harus dilakuan bersama-sama.

Baca juga: Tabrakan Beruntun di Jalan KS Tubun, Lima Mobil Ringsek

Lebih dari 40 kendaraan terlibat dalam tabrakan beruntun akibat kabut tebal di ruas jalan Shiekh Mohammed bin Rashid di Abu Dhabi, Selasa (6/2/2018).Kepolisian Abu Dhabi via Arab News Lebih dari 40 kendaraan terlibat dalam tabrakan beruntun akibat kabut tebal di ruas jalan Shiekh Mohammed bin Rashid di Abu Dhabi, Selasa (6/2/2018).

Menurut Jusri, hal pertama untuk mencegah terjadinya tabrakan beruntun adalah jangan melakukan perlambatan mendadak. Sebab tidak semua pengemudi siap mengantisipasi.

Selain itu, pemgemudi juga harus selalu siap dan tidak boleh kehilangan konsentrasi saat mengemudi.

Jusri menilai saat mengemudi dalam waktu lama, acapkali otak akan mengalami stagnan. Kondisi inilah yang berpotensi menyebabkan terjadinya tabrakan beruntun.

Baca juga: Grand Livina Penyok Terjepit 2 Truk dalam Tabrakan Beruntun, Sopir Selamat

"Karena bosan, ketika ada mobil di depan ngerem tiba-tiba dia tidak bisa mengantisipasi dengan maksimal," ucap Jusri.

Karena itu, Jusri menekankan penting bagi pengemudi untuk tidak memaksakan terus berkendara melebihi dua jam.

Ilustrasi mengemudi.Agung Kurniawan Ilustrasi mengemudi.

Terakhir, bila menemukan kecelakaan di jalan secara mendadak, Jusri menyarankan pengemudi untuk tidak hanya mengantisipasi bahaya di depan, tapi juga di belakang.

Jangan langsung mengerem. Sebab belum tentu pengemudi kendaraan di belakang mampu melakukan hal serupa.

Ada baiknya pengemudi melihat dulu kondisi di belakang sebelum melakukan tindakan.

Baca juga: Mengerem Bukan Berarti Menghentikan Laju Kendaraaan

"Sehingga bisa saja keputusan mengerem tidak jadi dan keputusan yang lebih baik adalah menghindar karena adanya ancaman dari belakang," pungkas Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com