BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Shell

Cek Mobil Jelang Libur Lebaran, Yang Satu Ini Kadang Lupa

Kompas.com - 30/05/2018, 15:34 WIB
Dimas Wahyu,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Servis mobil kerap jadi saran yang ditekankan menjelang mudik Lebaran. Salah satu alasannya karena perjalanannya tanpa disadari bisa setara 10-20 kali perjalanan mobil dalam sehari, bahkan lebih dari itu.

Satu kali perjalanan mudik sama dengan sekali servis rutin? Selelah itukah mobil saat diajak libur Lebaran?

Kira-kira demikian logikanya. Faktanya, jarak tempuh Jakarta ke Yogyakarta bisa lebih dari 500 km. Ke Surabaya? Jaraknya setidaknya 800 km. Itu pun kalau perjalanan yang ditempuh lancar jaya.

Belum termasuk perjalanan bolak-balik, ya. Artinya, silakan dikali dua. Belum lagi dengan urusan pelesir dulu, jalan-jalan di dalam kota dan wilayah terdekat lainnya, apalagi kalau harus terjebak macet.

Baca: Arus Mudik Macet 23 Km di Tol Brebes Timur

Oleh karenanya, kondisi mobil mesti sangat prima. Pelumasan oli pada tiap bagian mekanis di kendaraan mesti terjaga. Jika luput, maka akibatnya logam-logam yang bekerja malah bergesekan, mengakibatkan rusak, dan apesnya hal ini terjadi di tengah jalan.

Yang menarik, justru ada yang luput dalam urusan servis pelumasan di mobil. Para pemilik mobil yang hendak mengganti oli mobil seringnya beracuan pada oli mesin. Padahal, dalam kinerjanya, mobil juga membutuhkan pelumasan di bagian transmisi dan gardan.

Pelumas mesin umumnya sudah ganti tiap 5.000 km-10.000 km. Sementara itu, pelumas transmisi, seperti juga gardan, lebih lama untuk urusan waktu penggantian karena setidaknya dilakukan setiap 40.000 km. Karenanya, mengganti oli transmisi sering kali luput dari perhatian pemilik mobil. Padahal, peran oli transmisi dalam merawat mobil tak kalah penting dari oli mesin.

Pada masa waktu selama itu, masuknya kotoran dari celah dan zat lain—yang muncul karena pemakaian bisa 2-3 tahun—menyebabkan pelumas di transmisi dan gardan teroksidasi sehingga timbullah pengasaman yang menyebabkan logam-logam mesin terkorosi.


Transmisi manual Suzuki Ertiga Diesel HybridStanly/KompasOtomotif Transmisi manual Suzuki Ertiga Diesel Hybrid

Hal tersebut secara lebih lanjut dapat menyebabkan gigi sulit pindah, bau terbakar, gigi yang sedikit tersentak, hingga suara berisik meski transmisi dalam posisi netral. Kalau sudah begini, biaya perbaikannya akan besar.

Oleh karenanya, dibutuhkan oli transmisi yang punya kemampuan menetralkan zat asam tersebut, seperti Shell Spirax S2G 80W90 (untuk mobil transmisi manual) dan Shell Spirax S2A 80W90 (gardan), serta Shell Spirax S5 ATF X (transmisi otomatis).

Dengan kemampuan yang dimiliki Shell Spirax S2A 80W90 dalam menetralkan keasaman akibat oksidasi, maka transmisi dan gardan pun bisa terlindungi dari korosi. Efeknya, usia komponen jadi lebih panjang.  

Di sisi lain, kekentalannya pun terjaga atau tetap stabil dalam kondisi panas, apalagi ketika mesin menyala lebih lama manakala mobil dibawa libur Lebaran.

Lalu karena kekentalan yang stabil pula, kerja mesin menjadi lebih enteng sehingga lebih hemat bahan bakar. Dengan segala efek di atas, pengendara bisa tetap tenang saat perjalanan liburan Lebaran, yang sadar atau tidak disadari bisa memakan jarak sekian ribu kilometer.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com