Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Pertama yang Mampu Kurangi Emisi Diesel

Kompas.com - 01/06/2017, 04:15 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Leicester, KompasOtomotif – Tekenal dengan emisi NOx (nitrogen oksida), hasil pembakaran mesin diesel tidak kalah berbahayanya dengan bensin. Namun, dari hasil riset terbaru Universitas Loughborough, menemukan teknologi baru yang berpotensi mengurangi emisi secara signifikan pada mesin diesel.

Teknologi tersebut yaitu The Ammonia Creation and Conversion Technology (ACCT) yang diciptakan oleh akademisi dari School of Mechanical, Electrical and Manufacturing Engineering, yang juga secara efektif bisa meningkatkan kapasitas mesin.

Saat ini hampir semua kendaraan diesel baru dilengkapi dengan sistem Selective Catalytic Reduction (SCR), untuk menghilangkan emisi NOx (penyebab penyakit pernafasan) yang dihasilkan oleh pembakaran. Sistem ini menggunakan AdBlue, menghasilkan amonia aman untuk membuat emisi NOx menjadi nitrogen dan air yang tidak berbahaya.

Namun kekurangannya, AdBlue hanya berfungsi dengan baik pada suhu knalpot yang tinggi, biasanya lebih dari 250 derajat celcius. Jadi SCR tidak beroperasi pada semua kondisi mesin, misalnya, dalam waktu singkat, perjalanan pendek  atau start-stop journey (seperti kendaraan umum), terutama di daerah perkotaan atau di lokasi konstruksi.

Terlebih lagi, penggunaan AdBlue pada suhu rendah bisa bermasalah dan dapat menyebabkan penyumbatan knalpot yang parah, yang selanjutnya bisa berimbas pada kerusakan mesin.

Baca juga : Mobil Diesel Bakal Punah di Eropa

Terobosan ACCT

Sementara ACCT tersebut adalah teknologi konversi atau modifikasi dari AdBlue, di mana bisa bekerja efektif juga apda suhu rendah. Rentang suhu diperluas, agar sistem SCR dapat mengoperasikan teknologi baru ini secara signifikan, dengan meningkatkan sistem pengurangan NOx yang ada.

Profesor Loughborough Graham Hargrave, pakar internasional yang teruji mengenai optimalisasi mesin pembakaran mengatakan, kalau kita semua terbiasa dengan “start cold” (kondisi mobil dingin), di mana kendaraan diesel mengeluarkan banyak emisi beracun, sebelum sistem katalitik mereka mencapai suhu yang diperlukan untuk bekerja efektif.

"Sayangnya, banyak kendaraan yang melakukan short stop atau start journeys, seperti bus dan kendaraan konstruksi, di mana mesin tidak pernah sampai pada suhu optimal yang dibutuhkan, agar sistem SCR beroperasi secara efisien. Hasilnya adalah NOx yang berlebihan dilepaskan ke lingkungan perkotaan, terutama di kota-kota besar,” ujar Hargrave dari siaran resmi pihak perguruan tinggi, Rabu (31/5/2017).

Baca juga : Jerman Mulai Alergi pada Mobil Diesel

"Jadi sistem yang kami buat (ACCT) memungkinkan sistem SCR bekerja pada suhu yang jauh lebih rendah, serendah 60 derajat celcius. Ini berarti bahwa sistem pengurangan NOx tetap aktif melalui siklus penggerak alami, yang bisa mengurangi emisi knalpot dengan signifikan," tutur Hargrave.

Jalan Keluar

Pada tahun 2015, pemerintah Inggris memperkirakan bahwa paparan emisi NOx dan partikulat dari mesin diesel, bertanggung jawab atas kematian 52.000 di Inggris. Emisi NOx juga merupakan penyebab utama kabut asap di kota-kota besar di seluruh dunia dan juga masalah kesehatan masyarakat.

Hal ini telah menyebabkan tekanan pada produsen kendaraan untuk mengurangi emisi mesin diesel, dengan target pengurangan NOx Eropa di jalan raya untuk kendaraan berat (truk atau mobil niaga lain), yang hampir tidak mungkin untuk dipenuhi.

"Tidak ada alternatif yang layak untuk mesin diesel saat ini, terutama di pasar heavy duty yang akan digunakan bertahun-tahun lagi. Sistem baru dibutuhkan sekarang untuk mengatasi emisi NOx, demi membantu mengurangi jumlah kematian dan memungkinkan manufaktur memenuhi target emisi yang terus berkurang yang ditetapkan oleh Pemerintah. ACCT adalah jawabannya," ucap Hargrave.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com