BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Daihatsu

Macet Parah di Puncak, Mobil Murah Pantang Menanjak?

Kompas.com - 17/05/2017, 09:03 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

Sumber kompas.com

KOMPAS.com - Sebanyak 33.000 mobil tercatat berbagi tanjakan ke Puncak, Cianjur, selama libur panjang akhir pekan pada pengujung April lalu atau tepatnya pada Sabtu (29/5/2017).

Jumlah yang signifikan berdasarkan data National Traffic Management Centre  (NTMC) Polri ini sendiri tidak lepas dari minimnya panjang dan lebar jalan tersebut, sementara minat warga menuju ke sana bukannya berkurang, tapi terus membeludak.

"Jalur Puncak ini tidak pernah bertambah lebarnya. Itu yang membuat jalur puncak sudah tidak ideal dengan volume kendaraan sekarang," kata Kasat Lantas Polres Bogor AKP Hasby Ristama dalam artikel "Kasat Lantas Polres Bogor: Sejak Dulu One Way Cara Efektif Urai Kemacetan Jalur Puncak" di situs NTMC Polri.

Menurut pihaknya, Jalan Raya Puncak yang punya panjang 22,7 kilometer hanya memiliki lebar 7 meter. Kondisi ini secara ideal hanya mampu menampung 5.000 kendaraan.

Artinya, jalan tersebut sebenarnya hanya ideal untuk seperenam dari kondisi seperti pada akhir pekan panjang tersebut.

Jumlah mobil menuju Puncak pernah juga tercatat mencapai 50.000 unit pada momen Tahun Baru 2011, dan menembus 64.000 unit pada 30 Desember

Baca: Sehari, Lebih dari 50.000 Mobil Lewat Puncak

Bisa dibayangkan, puluhan ribu mobil bertahan di tanjakan untuk menuju ke tempat yang sama. Ini adalah momen ketika mesin mobil bekerja lebih keras.

Lantas bagaimana jika kondisi itu dihadapi mobil ekonomis low cost green car (LCGC) yang kerap disebut "mobil murah"?

Cara kuat menanjak

Belakangan ini, LCGC menjadi pilihan karena harganya terjangkau. Harga barunya di kisaran Rp 100 juta, dan menjadi jenis mobil terlaris kedua di Indonesia menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Maret 2017.

LCGC sendiri rata-rata dipasangi mesin 1.000 cc karena pertimbangan sisi ekonomis. Dengan kata lain, kendaraan tersebut dirancang untuk hemat bahan bakar.

KompasOtomotif-Donny Apriliananda Daihatsu Ayla 1.2L di kawasan Ciwidey, Bandung.


Namun, kuat atau tidaknya mobil menanjak sebenarnya tergantung dari beragam hal. Ada soal teknik mengemudi si pengendara, ada juga terkait perhitungan perbandingan antara daya mesin dan bobot total kendaraan ditambah penumpang.

Berkendara di tanjakan dengan transmisi manual bergantung pada kondisi pelat kopling yang baik dan penempatan gigi di posisi rendah seperti ketika memulai start.

Untuk mobil bertransmisi otomatis, start dengan memosisikan tuas transmisi di gigi rendah, misalnya pada angka "3" atau dari "2", akan lebih terasa punya daya dibandingkan langsung memulainya dari posisi “D”, seperti dipaparkan pada Majalah Motor edisi 373.

Pastikan juga soal adanya sistem drive by wire. Sistem ini sebenarnya disediakan demi keamanan agar mobil melaju mulus dan tidak menyentak, seperti ketika tidak sengaja terpijak.

Jika sistem ini tersedia, maka pijak saja pedal gas lebih dalam saat menanjak.

Lalu, perihal perbandingan bobot dan daya mesin, coba lihat spesifikasi mobil LCGC dan jumlah antara bobot mobil dan penumpang.

Misalnya, empat orang masing-masing berbobot 60 kg naik LCGC berbobot 900 kg (total 1140 kg) dengan mesin berkekuatan 65 tenaga kuda (tk).

Dengan pembagian, maka akan terhitung bahwa satu tk mesin mobil LCGC tersebut harus bekerja untuk beban 17,5 kg.

KompasOtomotif-Donny Apriliananda Daihatsu New Ayla 1.2 Deluxe.

Untuk LCGC Ayla terbaru, ada pilihan mesin lebih besar 1.200 cc dengan tipe 3NR-VE DOHC Dual VVT-i berdaya 88 tk. Dengan demikian, satu tk pada Ayla 1.200 cc bekerja untuk beban sekitar 12 kg.

Hasilnya, mesin lebih besar punya daya yang lebih baik, di samping bahwa aturan bobot pada kendaraan juga harus dipatuhi.

Sebagai informasi, mesin 1.200 cc 3NR-VE itu sendiri sama dengan yang digunakan pada LCGC Sigra. Artinya, Ayla punya bodi lebih kecil, tetapi memakai mesin dengan kapasitas silinder lebih besar.

Mesinnya yang DOHC atau kependekan dari double overhead camshaft juga menjadi pembeda sebab tarikan mesin lebih rapat dibandingkan mesin-mesin single overhead camshaft (SOHC).

Adapun Dual VVT-i dapat dipahami bahwa sistem pembakaran pada mesin sudah punya kontrol terhadap katup masuk (intake) ataupun katup buang (exhaust).

Dengan kata lain, seperti penjelasan Toyota Motor Manufacturing Indonesia dalam situsnya, setelan katup masuk dan buang masing-masing bisa berbeda, misalnya saat dalam kondisi macet, atau ketika digeber hingga putaran tinggi, seperti saat menanjak di Puncak.

Lihat: (Video) Pembuktian Daihatsu Ayla 1.2 di Tanjakan Ciwidey

Sumber kompas.com

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com